foto: ikhwal.id

Kahk, kue tradisional Mesir yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri, membawa aroma yang menggugah selera dan kenangan manis dari masa lalu. Dalam kebudayaan Mesir, kahk bukan sekadar kudapan, tetapi juga simbol kebersamaan dan warisan yang berharga.

Tradisi yang Menghangatkan Hati

Di setiap sudut Mesir, tradisi menyajikan kahk pada Hari Raya Idulfitri menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Tak peduli latar belakang sosialnya, hampir setiap rumah di Mesir akan merayakan hari pertama Idulfitri dengan menikmati kahk bersama teh dan susu. Ini adalah kebiasaan yang telah membentuk ikatan sosial yang kuat di antara masyarakat Mesir.

Tetapi kelezatan kahk tidak hanya dinikmati oleh umat Islam selama perayaan Idulfitri. Bahkan umat Kristen Koptik di Mesir juga menyajikannya saat perayaan Natal mereka pada tanggal 7 Januari. Tradisi ini telah mengakar dalam budaya Mesir selama berabad-abad, menunjukkan kesatuan dalam keragaman.

Akar Sejarah yang Dalam

Sejarah kahk dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno Mesir, di mana diyakini istri raja memberikannya kepada para pendeta kuno sebagai persembahan. Bentuk kue ini bahkan tercatat dalam makam para bangsawan di Thebes dan Memphis. Tradisi penyajian kue selama perayaan keagamaan dan festival telah tertulis dalam transkrip kuno, mencerminkan betapa pentingnya kahk dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir kuno.

Selama masa pemerintahan dinasti Islam di Mesir, kahk tetap menjadi bagian integral dari identitas Mesir. Dinasti Tulunid dan Fatimiyah memberikan perhatian khusus pada tradisi ini, bahkan mengalokasikan dana besar dan menugaskan pembuat roti khusus untuk membuat kahk setiap Idulfitri. Ini bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol kebersamaan dan kekayaan budaya Mesir.

Kehadiran Kahk di Masa Kini

Dalam zaman modern, proses pembuatan kahk tetap menjadi momen yang dinantikan oleh keluarga Mesir. Selama 10 hari terakhir bulan Ramadan, ibu, nenek, dan anak-anak berkumpul untuk membuat kahk dengan berbagai jenis isian seperti malban, kacang-kacangan, dan kurma. Adonan yang dihias dengan campuran rempah-rempah memberikan cita rasa khas yang disebut reehet el-kahk.

Meskipun tradisi membuat kahk secara tradisional tetap dijaga, kebiasaan membeli kahk jadi juga masih tetap populer, terutama di kalangan generasi muda dan pekerja perempuan yang sibuk. Namun, apa pun cara pembuatannya, kahk tetap menjadi simbol persaudaraan dan kebersamaan di Mesir.

Kahk bukan hanya kudapan lezat itu adalah warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Mesir. Dari akar sejarahnya yang dalam hingga hadirnya di meja keluarga Mesir modern, kahk terus menjadi simbol kebersamaan, persahabatan, dan kekayaan warisan budaya yang harus dijaga dengan baik. Dalam setiap gigitannya, kahk membawa kenangan manis dari masa lalu dan harapan untuk masa depan yang penuh kasih sayang dan kedamaian. [UN]