Banner BEM KM UGM ‘Alumnus UGM Paling Memalukan’ yang ada di Bundaran UGM.

BADAN Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa UGM memberi gelar Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai ‘Alumnus UGM Paling Memalukan’.

Gelar Alumnus UGM Paling Memalukan diberikan BEM KM UGM untuk Jokowi dalam bentuk banner di acara Aksi Mimbar Bebas di depan kampus UGM di Sleman, Yogyakarta, Jumat (8/12) petang.

Dalam banner itu bertulis ‘BEM KM UGM Presents Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan’. Di bawahnya tertulis ‘Mr Joko Widodo’ dan di pojok bawah terdapat tulisan ‘2014-2024?’, ‘1980-1985’.

Di banner itu, foto Jokowi diedit sedemikian rupa dengan latar gedung istana dan gedung UGM. Sementara foto Jokowi diedit memakai jas serta mahkota dan memakai jas almamater UGM serta caping.

BEM menilai banyak permasalahan fundamental yang tidak dapat diselesaikan oleh Jokowi, di antaranya pemberantasan korupsi, merosotnya demokrasi, polemik mahkamah konstitusi dan politik dinasti.

Sebelumnya BEM UGM melangsungkan acara diskusi publik dan mimbar bebas yang bertajuk “Rezim Monarki Sang Alumni: Amblesnya Demokrasi, Ambruknya Konstitusi, dan Kokohnya Politik Dinasti”.

BEM UGM membuat acara ini sebagai bagian dari tanggapan atas kondisi politik Indonesia yang sedang terjadi sekarang.

Selain itu, dengan memilih bentuk diskusi, acara ini menghadirkan wacana kritis dari hasil diskusi publik dengan para narasumber. Kegiatan tersebut juga hadir sebagai bentuk kemarahan dan peringatan warga UGM, terutama para adik mahasiswa kepada sang kakak yang merupakan alumni kampus.

Diskusi publik dan mimbar bebas itu dimulai dengan melakukan diskusi yang dipantik oleh tiga narasumber. Mereka adalah Haris Azhar, Fatia Maulidiyanti, dan Zainal Arifin Mochtar. Topik utama diskusi oleh tiga narasumber tersebut terkait amblesnya demokrasi, ambruknya konstitusi, dan kokohnya politik dinasti.

Pemilihan topik utama dalam diskusi karena kondisi politik Indonesia sekarang bukan problem etis politik dan Pemilu, melainkan sistem politik dan demokrasi telah “diacak” oleh rezim Jokowi.

Pemerintah Jokowi sudah menurunkan indeks demokrasi. Selain itu, selama rezim Jokowi berkuasa, kebebasan berpendapat dibatasi dan kepercayaan publik terhadap Mahkamah Konstitusi menurun. Kondisi tersebut  memberikan karpet merah atas semakin tegaknya politik dinasti.

Setelah diskusi, acara diakhiri dengan penyerahan nominasi “Alumnus Paling Memalukan’’ kepada Jokowi oleh para narasumber. Penyerahan nominasi disertai penandatanganan maklumat Bulaksumur.

Melalui acara tersebut, BEM berpesan kepada publik bahwa Jokowi merupakan alumni yang memalukan. Sebab, selama menduduki jabatan sebagai presiden, Jokowi gagal menyelesaikan permasalahan sederhana. Bahkan, Jokowi malah menghadirkan banyak bencana dan situasi yang menguntungkan kekuasaan keluarga serta koalisi.

Pesan ini pun sudah tercermin jelas melalui baliho besar yang menunjukkan setengah tubuh Jokowi dengan latar belakang istana dan sisi lainnya menggunakan almamater berlatar Gedung pusat UGM.

Jawaban Staf Khusus Presiden
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menanggapi kritik BEM KM UGM yang menobatkan Jokowi sebagai Alumnus UGM Paling Memalukan.

Melalui pesan tertulis, Ari menyatakan, “Dalam negara demokrasi, yang namanya kritik, yang namanya pujian dan kepercayaan (trust) terhadap penyelenggara negara adalah hal yang wajar. Upaya menarik perhatian, membangun opini di tengah kontestasi politik (pemilu) dengan kepentingan politik elektoral  juga sah-sah saja. Tapi,  semua opini itu harus diuji dengan argumentasi, dengan fakta, dengan bukti”. [KS-07]