Koran Sulindo – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah memastikan pesawat udara Lion Air JT-610 buatan Boeing jenis 737-Max-800 yang jatuh di Perairan Karawang mengalami kerusakan. Pesawat tersebut dinilai tidak mampu menampilkan kecepatan udara sehingga jatuh pada 29 Oktober dan menewaskan seluruh penumpangnya yang mencapai 189 orang itu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono seperti dilaporkan Channel News Asia pada Senin (5/11) menuturkan, pesawat tersebut mengalami kerusakan karena tidak mampu menampilkan kecepatan udara dalam empat penerbangan terakhir. Kerusakan itu diketahui setelah KNKT mendapatkan data dari perekaman data penerbangan pesawat.
“Kami meminta Boeing dan pemerintah Amerika Serikat (AS) mengambil tindakan atas kerusakan ini sehingga bisa mencegah kejadian serupa yang menggunakan jenis dan tipe pesawat yang sama,” kata Soerjanto.
Kendati demikian, pakar penerbangan dari AirlineRatings, Geoffrey Thomas sebelumnya mengatakan, pihaknya tidak bisa secara terburu-buru “menghukum” Lion Air dengan keras karena kecelakaan tersebut. Pasalnya, ketika pesawat udara Garuda Indonesia dengan jenis Boeing 737 tergelincir dan terbakar di Yogyakarta pada 2007 yang menewaskan 21 orang menjadi titik balik industri penerbangan Indonesia. Kecelakaan itu seolah-olah menjadi “pencerahan” bagi maskapai nasional Indonesia.
“Ketika semuanya harus berubah dan semuanya berubah,” kata Thomas seperti dikutip Business Insider pada akhir Oktober ini.
Sejak kecelakaan itu, kata Thomas, industri penerbangan Indonesia telah membuat “langkah besar”. Perusahaan maskapai menggelontorkan dana untuk memperbarui armada, merampingkan operasionalnya dan dalam satu dekade terakhir mampu memasuki pasar Eropa dan Amerika Serikat. Terlebih otoritas penerbangan AS dan Eropa pada akhirnya mencabut maskapai komersial Indonesia dari daftar hitam.
“Dari fakta ini, kami harus berhati-hati untuk memberi penilaian keras terhadap Lion Air Group. Terlebih mereka punya lebih dari 300 pesawat dan terbang ke dan dari ratusan tujuan di seluruh Indonesia. Catatan mereka selama ini bisa dibilang cukup bagus,” kata Thomas.
Dikatakan Thomas, boleh saja beberapa orang berpikir maskapai seperti Lion Air mungkin tidak punya harapan dan sungguh “mengerikan”. Betul, ada maskapai yang demikian. Akan tetapi, Thomas memastikan Lion Air bukan termasuk maskapai yang tanpa masa depan dan “mengerikan” itu. kecelakaan Lion Air yang menewaskan penumpangnya terakhir kali terjadi pada 2004. Justru Garuda Indonesia mengalami insiden yang “memberatkan” 2017 karena kedapatan pilot anak usahanya yaitu Citilink diduga sedang mabuk.
Secara keseluruhan, demikian Thomas, industri penerbangan Indonesia telah membuat langkah besar dalam beberapa tahun terakhir. Tingkat keselamatan dan keamanan penerbangannya cukup bagus jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. [KRG]