Koran Sulindo – Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyerukan kepada pasukan khusus Amerika Serikat [AS] di Mindanao agar segera hengkang dari daerah itu. Keberadaan pasukan khusus AS di daerah itu justru disebut menyulitkan pemerintah melawan kelompok militan Abu Sayyaf yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah [ISIS].
“Mereka harus pergi! Saya tidak ingin ada perpecahan dengan AS, tapi mereka harus pergi,” kata Duterte seperti dikutip Kantor Berita Reuters pada 13 September lalu.
Pernyataan ini disampaikan Duterte ketika melantik sejumlah pejabat baru Filipina di Istana Malacanang. Sebelumnya, pria yang terkenal dengan kebijakannya perang melawan narkotika ini juga menjadi sorotan lantaran komentarnya terhadap Presiden AS Barack Obama.
Menurut Duterte, kelompok militan Abu Sayyaf menjadikan pasukan khusus AS sebagai target bernilai tinggi untuk tebusan. Kelompok ini akan menculik dan meminta tebusan. Kelompok ini dikenal kejam terhadap orang Barat.
Seperti diberitakan davaotoday.com, organisasi Sanlakas mendukung pernyataan Duterte tersebut. Bahkan organisasi ini mendesak Duterte agar segera mengakhiri kerja sama militer Filipina dan AS seperti Visiting Forces Agreement, Enhanced Defense Cooperation Agreement serta kebijakan serupa lainnya.
Berdasarkan arsip militer AS, di masa penjajahan, banyak orang Moro tewas akibat kekerasan pasukan AS. Terutama ketika militer AS melancarkan operasinya di Mindanao.
Filipina merupakan salah satu sekutu penting AS di Asia. Lewat pernyataannya itu, maka hubungan Filipina dan AS di masa mendatang penuh dengan ketidakpastian. Menanggapi seruan Duterte, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengaku belum mengetahui perihal seruan Duterte tersebut. Ia memastikan, Washington tetap berkomitmen menjadi sekutu Filipina.
Bung Karno
Seruan Duterte ini mengingatkan masyarakat akan Bung Karno, proklamator dan presiden pertama Indonesia. Dalam kesempatan dan hal yang berbeda, Bung Karno pernah menyampaikan pernyataan yang mengejutkan banyak pihak yaitu: “Amerika…go to hell with your aid.”
Pernyataan Bung Karno ini merupakan puncak kekesalannya terhadap AS. Pasalnya, negara imperialis tersebut ingin menyetir Indonesia yang masih baru merdeka ketika itu. Karena baru merdeka, Indonesia masih membutuhkan bantuan negara lain, salah satunya dari AS.
Akan tetapi, menurut Bung Karno, bantuan itu tentu tidak cuma-cuma alias gratis. Itu harus dibayarkan kembali berikut dengan bunganya. Sedangkan AS memperlakukan Indonesia sebagai negeri yang melarat sehingga dengan berbaik hati memberikan bantuan cuma-cuma kepada Indonesia. Itu anggapan yang munafik, kata Bung Karno. Karena hakikatnya, bantuan itu adalah utang dan akan dibayar kembali.
Tidak banyak pemimpin yang berani mengumpat AS seperti yang dilakukan Duterte dan Bung Karno. Maka, dalam hal keberanian, Duterte boleh disamakan dengan Bung Karno. Seperti Bung Karno, umpatan Duterte kepada AS juga bukan asal mengunpat. Tapi, lebih karena ingin menyatakan bahwa Filipina merupakan sebuah negara yang berdaulat. [KRG]