Koran Sulindo – Antara teroris dan media dalam beberapa hal mempunyai simbiosis yang saling menguntungkan atau saling ketergantungan.
Hal ini diutarakan Mahmoud Eid, Ph.D dari University of Ottawa, Canada dalam acara Asian Conference of Media and Communication (ACMC) 2016 di Gedung Pascasarjana Ruang Sidang Amphiteater lantai 4 Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis sore (27/10).
Dalam konperensi tersebut Mahmoud memperkenalkan istilah “Terorredia” dalam risetnya, yang dipresentasikan dengan judul “Terroredia and Public Relations: New Media Technologies for Terrorism and Counterterorrism”.
“Terroredia merujuk pada hubungan antara teroris dan media yang dalam beberapa hal mempunyai hubungan simbiosis yang saling menguntungkan atau saling ketergantungan,” ungkapnya.
Menurut Mahmoud, baik terorisme maupun media menyasar khalayak luas, meskipun untuk tujuan yang berbeda. Oleh karena itu, mereka berinteraksi dalam hubungan sangat beracun yang melibatkan proses pertukaran yang diperlukan untuk kelangsungan hidup masing-masing. “Proses pertukaran kontribusi untuk kelangsungan hidup masing-masing pihak. Aksi terorisme memberikan cerita bagi media yang menghasilkan siaran pers, berita cetak, dan berita online, sedangkan media membawa perhatian publik terhadap terorisme yang diperlukan untuk keberadaan mereka,” tegas Mahmoud.
Secara tegas pula Mahmoud menyatakan bahwa terroredia saat ini perlu dikaji secara berlanjut. Sebab, tuturnya, tidak menutup kemungkinan terorredia ini menimbulkan jenis baru bentuk terorisme. “Terroredia dapat melahirkan terorisme jenis baru, dan mungkin saja penggunaan taktik baru ini dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa. Misalnya di era sekarang seperti Cyber-terrorism. Cyber-Terrorism merupakan contoh dari taktik terorisme modern yang dapat menyebabkan kerugian besar di berbagai bidang industri,”paparnya.
Pada kesempatan itu Mahmoud mengingatkan, kemajuan teknologi informasi modern dan internet membawa manfaat tersendiri bagi banyak orang. Namun tidak sedikit pula yang justru memanfaatkan kemajuan tekonologi dan internet tersebut untuk hal-hal yang negatif, seperti teroris. Melalui kemajuan IT dan internet tersebut, teroris secara tidak langsung mendapatkan perhatian publik yang hanya didapatkan melalui media mainstream, tetapi juga media baru.
Di sini, lanjut Mahmoud, teroris menggunakan Internet sebagai alat, baik untuk mendapatkan massa maupun untuk menyebarkan informasi. Munculnya dan meningkatnya penggunaan Internet telah memungkinkan transformasi pada cara teroris berkomunikasi dengan lawan mereka dan menyebarkan ide-ide mereka kepada khalayak umum. “Tentu saja hal ini membuat penyebaran ide mereka menjadi lebih cepat dan tepat sasaran,” ujar Mahmoud. [YUK]