Dilansir dari laman resmi esdm.go.id, Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen besar dalam mencapai target emisi nol bersih (net zero emission) dengan mengimplementasikan teknologi Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCS/CCUS).
Langkah ini diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam menekan jejak karbon negara yang dikenal sebagai salah satu penghasil emisi terbesar di dunia.
Teknologi CCS dan CCUS digunakan untuk menangkap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari sektor industri dan energi, serta mendukung transisi menuju energi bersih.
Implementasi teknologi ini merupakan bagian dari strategi nasional Indonesia untuk memenuhi komitmen dalam Perjanjian Paris dan memitigasi dampak perubahan iklim secara lebih efektif.
Meskipun teknologi CCS/CCUS menawarkan potensi besar dalam mengurangi emisi karbon, biaya tinggi yang terkait dengan implementasinya menjadi tantangan utama.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengakui bahwa meski rencana implementasi teknologi ini masih mahal, namun perlu dicoba dan dikembangkan lebih lanjut.
“Rencana implementasi CCS/CCUS sekarang masih mahal, tapi memang harus kita coba. Sesuatu kalau baru dicoba kan memang mahal,” ujar Arifin di Kantor Ditjen Migas, Jakarta, Jumat (2/8).
Indonesia memiliki 15 proyek CCS/CCUS yang masih dalam tahap studi dan persiapan, tersebar dari barat hingga timur Indonesia. Proyek-proyek tersebut meliputi:
1. Tangguh EGR/CCUS
2. Abadi CCS
3. Sukowati CCUS/EOR
4. Gundih CCUS/EGR
5. Pilot Test CO2 Huff and Puff Jatibarang
6. Ramba CCUS/EOR
7. CO2 Huff and Puff Gemah
8. Sakakemang CCS
9. Arun CCS
10. Central Sumatera Basin CCS/CCUS Hubs
11. Kutai Basin CCS Hub
12. Asri Basin CCS/CCUS Hubs
13. CCU to Methanol RU V Balikpapan
14. East Kalimantan CCS/CCUS Study
15. Blue Ammonia + CCS Donggi Matindok.
Implementasi CCS/CCUS membutuhkan investasi yang signifikan. Misalnya, biaya untuk menginjeksikan per ton CO2 pada proyek penyimpanan CO2 termasuk:
– Pemurnian Gas Alam di Gundih, Jawa Timur dengan biaya USD 43-53 per ton CO2, total 0,3 juta ton CO2 per tahun, dengan investasi injeksi sebesar USD 105 juta.
– Produksi LNG di Bintuni, Papua Barat, USD 33 per ton CO2, total 2,5-3,3 juta ton CO2 per tahun, dengan investasi injeksi sebesar USD 948 juta.
– Produksi LNG di Masela, NTT, USD 26 per ton CO2, total 3,5 juta ton CO2 per tahun, dengan investasi injeksi sebesar USD 1,4 miliar.
– Gasifikasi batubara menjadi DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, USD 50-55 per ton CO2, total 3 juta ton CO2 per tahun, dengan investasi injeksi sebesar USD 1,6 miliar.
Dengan implementasi teknologi CCS/CCUS, Indonesia berharap dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca dan mempercepat transisi menuju energi bersih, sejalan dengan komitmen global untuk mengatasi perubahan iklim. [UN]