Sekjen Senapati Nusantara Hasto Kristiyanto (memegang keris).

Koran Sulindo – Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto menyindir upaya kampanye terkini kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang membangun opini bahwa Ratna Sarumpaet orang yang ditanam Jokowi.

Hasto mengungkapkan,  pihaknya sudah memantau adanya pergerakan isu di akar rumput dan media sosial, soal upayamembangun framing bahwa Ratna adalah orangnya Jokowi. Terlebih sosok aktivis perempuan itu disebut sengaja ditanam di kubu Prabowo oleh tim Jokowi, demi memojokkan kubu Prabowo.

“Pemikiran demikian sangat aneh. Ketika sudah terbiasa berbohong, maka yang selalu muncul adalah pikiran-pikiran kotor, termasuk menuduh yang bukan-bukan. Logika tersebut sama saja mengubah keadaan seperti matahari terbit dari barat,” kata Hasto di Posko Cemara, Menteng, Jakarta, Kamis (4/10).

Padahal, kata Hasto, mudah untuk membaca gerak Ratna Sarumpaet lewat track record-nya. Ratna adalah orang yang selalu mengkritisi dan menyerang Jokowi serta Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. “Bagaimana mungkin dia ada di kubu Jokowi?” kata Hasto.

‎Terkait adanya gambar yang disebar Ratna bahwa dulu di 2012 pendukung Jokowi-Ahok?

“Yang jelas kita tak pernah punya rekam jejak tanam-menanam orang di kubu lawan. Tak pernah sedikitpun. Tak pernah juga kita melakukan pelanggaran terhadap aturan main, pelanggaran HAM tak ada. Makanya saya sebut tuduhan itu memberikan logika bahwa matahari sekarang terbit dari Barat,” kata Hasto.

Saat Hasto ditanya mengapa Jokowi selalu diam dalam kasus seperti Ratna dan Novel Baswedan, Hasto mengatakan bahwa Jokowi adalah sosok yang selalu memilih untuk bekerja untuk rakyat. Khusus untuk kasus Novel, Jokowi sudah memberikan instruksi secara tegas untuk mencari siapa pelaku dan menghukum para pelaku.

“Dan polisi juga saya kira mengejar pelaku di balik kasus tersebut,” kata Hasto.

Dilaporkan ke Bawaslu

Direktorat Bidang Hukum & Advokasi Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin mengadukan kubu Prabowo-Sandiaga ke Bawaslu atas tuduhan melanggar deklarasi damai yang sudah disepakati semua peserta pemilu pada 23 September 2018 lalu di Monas, Jakarta.

Tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga diduga melakukan penyebaran berita bohong soal anggota timnya, Ratna Sarumpaet yang merugikan calon presiden nomor urut 01 Jokowi sebagai incumbent.

“Kami menilai kubu Prabowo-Sandi telah melanggar deklarasi damai dan antihoax yang disepakati bersama-sama di Monas oleh seluruh peserta pemilu pada 23 September 2018 dengan membuat hoax dan menyebarkan hoax yang meresahkan dan merugikan capes nomor urut 01 Jokowi,” ujar Direktorat Bidang Hukum & Advokasi TKN Jokowi-Amin, Irvan Pulungan di Kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Kamis (4/10).

Irvan mengatakan Ratna Sarumpaet adalah salah anggota Tim Badan Pemenangan Nasional BPN Prabowo-Sandi pada saat membuat hoax bahwa dirinya dianiaya. Sayangnya, kata dia, Prabowo sebagai capres nomor urut 02 dan timnya langsung merespon atas hoax yang diciptakan Ratna sehingga menimbulkan reaksi simpati masyarakat.

“Dampak dari hoax Ratna Sarumpaet dan reaksi Prabowo melalui konferensi pers telah mengundang reaksi simpati masyarakat dan telah terjadi opini di masyarakat terlapor benar-benar dianiaya dan beberapa pernyataan di media sosial telah menyudutkan capres Jokowi,” jelas dia.

Bawaslu, kata Irvan, mempunyai kewenangan untuk menyelidiki laporan kami untuk memastikan pelanggaran kampanye Pemilu 2019. Namun, kata dia, yang terpenting, dengan kasus ini, Bawaslu bisa mengingatkan semua peserta pemilu agar melakukan kampanye dengan jujur dan tidak memproduksi atau menyebarkan hoax yang meresahkan masyarakat.

“Tim Jokowi-Ma’ruf Amin mengharapkan Bawaslu RI agar mengingatkan kepada seluruh peserta pemilu, tim kampanye dan masyarakat agar tidak memproduksi, menggunakan, menyebarkan hoax dan ujaran kebencian untuk mendapatkan simpati serta dukungan masyarakat dalam Pemilu 2019,” ungkap dia.

Sakiti Kaum Perempuan

Sementara itu, Wakil Direktur Kompol TKN Jokowi-KH Maruf Amin, Meutya Hafidz mengatakan, kaum perempuan Indonesia sangat tersakiti dengan perlakuan Kubu Prabowo-Sandiaga dalam kasus hoaks Ratna Sarumpaet‎.

Menurutnya, hal menyakitkan, yang bisa disaksikan adalah bagaimana perempuan kembali menjadi korban, dan kali ini dalam narasi kebohongan publik.

‎Sebagai Anggota DPR RI, Meutya menyatakan dirinya berusaha dan berjuangan bersama banyak perempuan lainnya untuk selalu meningkatkan harkat martabat perempuan. Tidak hanya dalam keterwakilan politik, tapi juga dalam hajat hidup perempuan.

Namun, semuanya jadi berantakan karena pada 3 Oktober, Ratna Sarumpaet mengakui bahwa dia menarasikan sebuah kebohongan. Dan kubu Prabowo-Sandiaga langsung seakan ‘cuci tangan’ dengan membangun narasi kebohongan.

“Kemarin menjadi satu hari yang bagi saya adalah tuduhan bagi kemajuan perempuan ke depan, karena kita telah menjadi korban dan terlibat di dalam sebuah kebohongan,” ujar politikus Partai Golkar itu.

Pernyataan pers dari kubu Prabowo-Sandi, maupun pernyataan yang disebar di media sosial dengan masif, menggunakan kata “perempuan” secara berulang-ulang. Dan konteksnya ternyata membangun sebuah kebohongan publik, demi meyakinkan publik atas sesuatu yang belum diyakini kebenarannya.

‎”Sebagai politikus perempuan, khususnya di tim Pak Jokowi-Kiai Maruf, sungguh menyakitkan,” katanya.

“Ini menjadi pelajaran, mudah-mudahan bagi perempuan di Indonesia, agar lebih berhati-hati dalam mencermati berita-berita. Dan jangan terlibat dalam pemberitaan-pemberitaan yang membohongi publik,” imbuh Meutya. [CHA]