Hari Santri Nasional: Sejarah, Makna, dan Tema 2024

Ilustrasi santri (Foto: Getty Images/iStockphoto/wichianduangsri)

Koran Sulindo – Setiap tanggal 22 Oktober, Indonesia memperingati Hari Santri Nasional, sebuah momen yang sarat makna dan sejarah panjang. Peringatan ini tidak hanya untuk menghormati peran penting para santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga sebagai refleksi bagi masyarakat akan pentingnya pesantren dalam membangun karakter bangsa.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Detik-Detik Penetapan Hari Santri (2021) karya Zayadi dan Suwendi, Hari Santri Nasional merujuk pada peran historis santri dan ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajah.

Sejarah Hari Santri Nasional

Penetapan Hari Santri tidak bisa dipisahkan dari peran KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama besar yang mengeluarkan fatwa bersejarah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini menetapkan kewajiban bagi setiap umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah, baik laki-laki maupun perempuan.

Melalui Resolusi Jihad, para ulama dan santri dari berbagai pesantren bersatu untuk melawan penjajah, memobilisasi perjuangan melalui terbentuknya laskar atau pasukan pembela tanah air. Salah satu laskar yang terkenal adalah Laskar Hizbullah, yang berjasa mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu pada tahun 1945.

Peran pesantren dalam perjuangan tidak dimulai pada masa revolusi saja. Sejak era pra-revolusi, banyak kiai yang memimpin pergerakan melawan penjajah, seperti Kiai Mojo dalam Perang Diponegoro hingga Kiai Abbas dalam Pertempuran 10 November.

Selain perlawanan fisik, kelompok santri juga berperan dalam menjaga persatuan bangsa. Mereka menolak dimasukkannya sila pertama pada Piagam Jakarta yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya,” demi menjaga persatuan dan keberagaman Indonesia.

Setelah reformasi, peran santri berlanjut dengan menolak upaya-upaya kelompok tertentu yang ingin mengubah Indonesia menjadi negara Islam. Peran ini menunjukkan betapa pentingnya santri dalam mempertahankan Pancasila dan menjaga integritas NKRI.

Melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, pemerintah akhirnya menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, yang mengacu pada seruan Reformasi Jihad sebagai tonggak perjuangan para santri dalam mempertahankan kemerdekaan.

Alasan Mengapa Hari Santri Nasional Penting

Penetapan Hari Santri berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 memiliki beberapa alasan mendasar, di antaranya:

1. Rekognisi Pemerintah: Pengakuan resmi atas peran besar para ulama dan santri pondok pesantren dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
2. Pendidikan Generasi: Peringatan ini penting agar generasi saat ini dan mendatang dapat mengenang, meneladani, dan melanjutkan perjuangan ulama dan santri dalam membela dan mempertahankan NKRI.
3. Mengenang Resolusi Jihad: Hari Santri mengingatkan kita akan pentingnya Resolusi Jihad yang diserukan pada 22 Oktober 1945 sebagai titik penting dalam perjuangan kelompok Islam mempertahankan kemerdekaan.

Tema Hari Santri Nasional 2024

Pada peringatan Hari Santri Nasional 2024, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengumumkan tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan.” Tema ini menyiratkan semangat untuk meneruskan perjuangan para santri yang telah dimulai sejak masa penjajahan.

“Menyambung Juang” berarti melanjutkan semangat perjuangan yang diwariskan oleh santri-santri terdahulu, sementara “Merengkuh Masa Depan” mengajak seluruh santri dan bangsa untuk bersama-sama bergerak menuju masa depan yang lebih baik dan sejahtera.

Tema ini menekankan bahwa perjuangan santri bukanlah perjuangan yang berhenti pada masa lalu, tetapi berkelanjutan hingga masa kini dan masa depan. Santri diharapkan tidak hanya berperan dalam menjaga keutuhan bangsa, tetapi juga berkontribusi dalam kemajuan bangsa melalui pendidikan, akhlak, dan pengetahuan.

Hari Santri Nasional adalah momen penting untuk mengenang peran besar santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta membangun karakter bangsa. Peringatan ini bukan hanya sebatas seremonial, tetapi juga sebagai momentum untuk melanjutkan semangat juang, menjaga persatuan, dan merengkuh masa depan yang lebih baik. [UN]