HINDARI gejolak di sektor keuangan global, pemerintah melakukan pegurangan jumlah surat utang yang diterbitkan pada tahun 2022. Langkah ini ditujukan untuk megurangi resiko meningkatnya biaya pembayaran utang di saat melemahnya nilai rupiah.
Sebagaimana diketahui utang luar negeri pemerintah saat ini telah mencapai 400 miliar dolar AS atau lebih dari 6 ribu triliun rupiah. Sementara utang yang akan jatuh tempo pembayaran dalam waktu kurang dari satu tahun hampir mencapai seribu triliun rupiah.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, penurunan ini dilakukan karena tendensi suku bunga naik dan dolar AS terus menguat. Sehingga kondisi ini akan memberikan volatilas di pasar uang, termasuk juga di surat berharga.
“Cost of fund akan naik jadi kalau kita responsnya dengan menurunkan surat berharga ini berarti kita menghindarkan dari risiko gejolak global yang sangat tinggi,” jelasnya.
Lebih lanjut, di tengah kondisi keuangan yang volatile tersebut, Indonesia disampaikan masih tetap resiliendidukung kinerja APBN yang baik dan langkah antisipatif pengadaan utang.
Langkah tersebut di antaranya, penurunan target penerbitan utang tunai melalui lelang pada Kuartal IV 2022. Penerbitan SBN Valas akan menyesuaikan kondisi market yang volatile dan kondisi kas yang masih cukup.
Kemudian, melakukan optimalisasi SBN domestik melalui SKB III, penerbitan SBN ritel sebagai upaya perluasan basis investor domestik, dan fleksibilitas pinjaman program.
Sementara, pembelian SBN oleh Bank Indonesia sampai dengan 18 Oktober 2022 diantaranya, SKB I mencapai Rp 41,55 triliun terdiri dari Surat utang Negara (SUN) Rp 22,84 triliun, SBSN Rp 18,72 triliun dengan WAY sebesar 7,05% dan WATM 19,30 tahun. Lalu, SKB III telah mencapai Rp 95,42 triliun.
Penerbitan surat utang sampai dengan 30 September 2022 disebut turun 26% dari periode yang sama tahun lalu atau hanya sebesar Rp 478,9 triliun. Pada September 2021 nilai penerbitannya sebesar Rp 647,5 triliun.
Adapun rincian penerbitan surat utang tersebut terdiri dari, Surat Berharga Negara (SBN) neto yang realisasinya mencapai Rp 470,9 triliun atau turun 29,4% dari periode sama tahun lalu.
“SBN kita secara neto turun 29,4%. Tahun lalu kita menerbitkan Rp 666,7 triliun, tahun ini kita menerbitkan hanya Rp 470,9 triliun,” tutur Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, Jumat (21/10). [PAR]