Membangkitkan Besalen

Pada tahun 1972, Go diangkat menjadi Bupati Anom, dengan gelar Raden Tumenggung (R.T,) Hardjonagoro. Tahun 1984 diangkat sebagai bupati dengan gelar Kangjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Hardjonagoro. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1994, Go diangkat menjadi Bupati Riyo Nginggil, dengan gelar Kangjeng Raden Haryo Tumenggung (K.R.H.T.) Hardjonagoro. Lalu, pada tahun 1998, ia diangkat menjadi Kangjeng Pangeran Tumenggung (K.P.T.) Hardjonagoro.

Sebelumnya, pada tahun 1993, Pusat Lembaga Kebudayaan Jawi menganugerahi Bintang Bhakti Budaya kepada Go Tik Swan. Ia dinilai telah memajukan kebudayaan Jawa. Namanya pun kemudian diabadikan di pasar rakyat paling legendaris di Solo, Pasar Gede Hardjonagoro.

Bersama K.G.P.H. Hadiwijaya, Go mendirikan paguyuban pecinta keris bernama Bawarasa Tosan Aji (BTA), tahun 1959. Keduanya memang telah bersahabat sejak kecil. Boleh dikatakan, K.G.P.H. Hadiwijaya merupakan salah satu orang yang memengaruhi hidup Go untuk mencintai dan berdedikasi pada kebudayaan Jawa.

Pada suatu masa, sepeninggal Hadiwijaya, seorang pelaut Jerman yang menggemari keris Jawa, bernama Dietrich Drescher, mendatangi Museum Radyapustaka. Kepada Go, Drescher mengatakan telah menemukan sisa-sisa besalen atau tempat membuat keris di Jitar, Yogyakarta, yang legendaris itu.

Akhirnya, bersama Dietrich Drescher, Go mendatangi Yasa dan Jeno, keturunan empu keris di Jitar. Keduanya meminta Yasa dan Jeno untuk membangkitkan lagi besalen yang ada dan membuat keris seperti yang ditunjukkan dalam manuskrip Empu Djojosoekatgo.

Berhasil membangkitkan lagi besalen di Yogyakarta, Go bersama anggota Bawarasa Tosan Aji lalu membangkitkan besalen yang ada di Solo. Yang berhasil dibangkitkan dan dibuat di Solo antara lain Besalen Suparman, Besalen Fauzan, dan Besalen ASKI (sekarang menjadi ISI Surakarta).

Tahun 1988, Go membangun besalen di Dalem Hardjonegaran, yang diberi nama Besalen Surolayan. Karena, sebelumnya, rumah tersebut awalnya memang bernama Dalem Surolayan. Besalen itu lalu diserahkan kepada Hardjosoewarno, pembantu kepercayaan Hardjonagoro sekaligus pewarisnya.

Diungkapkan Rustopo, Go Tik Swan punya peran besar bagi bangkitnya besalen-besalen. Tak hanya punya pengetahuan tentang keris, Go juga bisa mendesain dan mengarahkan pembuatan keris.

“Dia memang tidak membuat sendiri, tapi dia itu perancang dan sangat tahu sekali dengan keris lewat Bawarasa Tosan Aji, yang dibangun oleh Hadiwijaya, yang kemudian diteruskan oleh dia sampai wafat,” ungkap Rustopo.