Doa Bunga

Ilustrasi. Bunga Matahari (sumber: gotravelly.com)

Yudi Latif tampaknya sedang menikmati kegemarannya menanam bunga indah. Dalam akun instagramnya @yudi.latif pada Minggu lalu, terlihat Yudi Latif tengah menikmati pagi hari dengan mengamati tanaman bunga yang dirawat di pekarangan rumah.

Cendekiawan muda ini, dalam akun instagram yang sama, mengunggah sebuah tulisan indah. Tulisannya berjudul “Doa Bunga” menggambarkan betapa Indonesia besar dengan kebhinekaan yang dibingkai persatuan dan kesatuan.

Yudi menggambarkan, dengan keberagaman yang ada, bangsa Indonesia akan hidup harmonis jika mampu merangkainya dengan rasa persatuan dan persaudaraan sesama putra bangsa Indonesia. Berikut tulisan “Doa Bunga” yang dikutip di sini atas izinnya:

Doa  Bunga
Saudaraku, kita adalah anak-anak pelangi dari negeri khatulistiwa, dengan kehangatan kasih mentari yang menerangi siapapun tanpa kecuali.

Kita adalah anak-anak perkasa dari  rahim cincin api bencana, dengan lautan sebagai luapan airmata, tempat semua berenang dengan lara dan bahagia mengarunginya.

Kita adalah anak-anak negeri kepulauan, tempat air jadi ibu dan tanah jadi bapak. Saat lidah ombak menciumi bibir pantai, cinta pun bersemi, tumbuhkan alam asri nan hijau.

Kita, adalah anak-anak negeri antar benua-antar samudera, tempat penyerbukan silang budaya. Saat keragaman bunga berpadu dalam kesatuan tamansari, alam indah terkembang dalam harmoni bhinneka tunggal ika.

Di negeri molek ini,  langit tinggi terbentang julangkan spirit ketuhanan. Lautan luas terkembang lapangkan rasa kemanusiaan.  Keanekaragaman hayati kuatkan semangat persatuan. Biru langit-samudera luas lapangkan hikmat-kebijaksanaan. Kekayaan dan kesuburan alam tumbuhkan keadilan kemakmuran.

Di sinilah mimpi kita terbentang. Awan putih yg berarak di langit tinggi adalah ufuk impian kita. Saat angin bertiup menghempas awan jadi butir hujan, impian itu pun jatuh ke bumi, halau kemarau jadi hujan kebahagian.

Di sini aku hadir menyertaimu, sebagai embun di musim kemarau. Tetes pengharapan yang memuai ke langit lepas, menjadi oksigen yang kau hirup mengisi paru-parumu; menyertaimu hidup kemanapun bergerak, dalam suka dan duka. [Yudi Latif/AT]