Perjalanan ke luar negeri akan semakin mudah. Sekarang kita bisa melakukan transaksi menggunakan rupiah di beberapa negara ASEAN. Dengan memiliki e-wallet dan mobile banking di telepon seluler yang dilengkapi QR Indonesia Standard (QRIS), kita sudah bisa bertransaksi di mana saja.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan, penggunaan QRIS lintas batas memungkinkan negara mitra bisa menerima pembayaran dari aplikasi e-wallet di Indonesia. Pada tahap sekarang, pengguna dari Indonesia sudah dapat menggunakan aplikasi pembayaran seluler mereka untuk memindai Kode QR Thailand. Dengan cara ini, dia dapat melakukan pembayaran ke merchant di seluruh Thailand.

Sementara itu, pengguna dari Thailand kini dapat menggunakan aplikasi pembayaran seluler dengan memindai QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Layanan ini juga bisa mereka gunakan untuk membayar barang dan jasa di merchant di Indonesia dan untuk transaksi e-commerce lintas batas mereka.

Menurut Perry Warjiyo, layanan ini akan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan Thailand yang melakukan transaksi lintas batas. Setelah perjalanan internasional dibuka, pariwisata akan menjadi sektor utama yang akan sangat diuntungkan dari layanan ini karena banyaknya arus wisatawan antara kedua negara.

Inisiatif ini merupakan milestone dari Cetak Biru Sistem Pembayaran Indonesia 2025, khususnya di pembayaran ritel. Fasilitas ini menghubungkan pembayaran lintas batas melalui interkoneksi kode QR nasional kedua negara.

Salah satu aspek yang menarik dari proyek ini adalah penggunaan kuotasi langsung dari nilai tukar mata uang lokal yang disediakan oleh bank-bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) di bawah Kerangka Penyelesaian Mata Uang Lokal (LCS) untuk meningkatkan efisiensi transaksi. Hal ini pada akhirnya akan menurunkan biaya transaksi.

LCS bisa digunakan secara luas untuk keperluan transaksi investasi, dividen, remitansi yang terkait dengan tenaga kerja asing. Dalam hal ini, Indonesia memang sudah bekerja sama dengan beberapa negara seperti Malaysia, Thailand, China dan Jepang.

Hasil signifikan yang diharapkan dari proyek pembayaran lintas batas pertama ini tidak hanya untuk memfasilitasi transaksi di sektor pariwisata. Proyek pembayaran lintas batas ini juga akan membantu kalangan UKM di kawasan wisata.

“Proyek ini juga akan meningkatkan inklusi keuangan, ekonomi digital inklusif, dan transaksi e-commerce. Percontohan ini, yang disebut BI sebagai ‘sandbox’, sedang menuju perluasan lebih lanjut pembayaran lintas batas di wilayah tersebut,” jelasnya.

Deputi Gubernur BOT Ronaldo Numnonda menekankan pentingnya konektivitas sistem pembayaran lintas batas di ASEAN. Dia meyakini QR lintas batas ini akan menjadi alternatif pembayaran ritel yang aman, efisien dan hemat biaya.

Layanan ini akan membantu bisnis e-commerce selama masa-masa sulit Pandemi Covid-19, dan meletakkan dasar bagi dimulainya kembali arus pariwisata dan bisnis. Selain itu, hubungan pembayaran lintas batas Indonesia dengan negara terbesar ASEAN akan menjadi katalis utama lainnya dalam mengubah cara warga ASEAN melakukan pembayaran di luar negeri, sehingga berkontribusi pada kemakmuran ekonomi regional dan digitalisasi.

Proyek ini terselenggara berkat kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dari kedua negara di bawah pengawasan bersama BI dan BOT. Banyak pihak terlibat di dalamnya, seperti Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan Asosiasi Bankir Thailand.

Terlibat pula 13 penyedia QRIS, RAJA (Rintis, Artajasa, Jalin, dan Alto) sebagai empat operator switching dari Indonesia. Juga, National ITMX (NITMX), operator sistem pembayaran dari Thailand.

Pihak bank ACCD yang terlibat, di antaranya Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dari Indonesia, serta Bangkok Bank (BBL), Bank Ayudhya (Krungsri), dan CIMB Thai Bank (CIMBT) dari pihak Thailand. [AT]