Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-In di Blue House-Seoul, Korea Selatan, Senin (29/5/2017).

Koran Sulindo – Penunjukkan Presiden ke-5 RI Megawati Sukarnoputri sebagai utusan khusus penyatuan Korea Selatan dan Korea Utara kian menguat. Mulanya hanya permintaan Presiden Moon Jae-in, dukungan yang sama mencuat dari media Korea Selatan, dan pemerintahan otonomi khusus Pulau Jeju.

Putri sulung Bung Karno itu menyambut positif atas dukungan itu. Ia akan tetapi belum bisa memutuskan secara sepihak. “Semua permintaan ini tentu bertujuan baik, tetapi saya pulang dulu ke tanah air dan melapor kepada Bapak Presiden Joko Widodo,” tutur Ketua Umum PDI Perjuangan ini di Pulau Jeju, Rabu (31/5).

Jawaban yang sama disampaikan Megawati ketika Presiden Moon memintanya sebagai utusan khusus untuk penyatuan dua Korea di Istana Kepresidenan Korea Selatan pada Senin lalu.
“Selain atas nama pribadi, tugas special envoy ini tentu atas nama Indonesia. Itu kenapa saya harus berpikir sekaligus merenung tentang cara yang akan saya tempuh,” kata Mega.

Ketika bertemu dengan Moon, Megawati tidak hanya membicarakan isu politik dan keamanan, tapi juga bicara peluang ekonomi, budaya termasuk pendidikan. Seorang diplomat Indonesia yang enggan disebutkan namanya hadir dalam pertemuan di Istana Blue House itu. Ia menyebutkan Langkah Moon mengundang tokoh Indonesia di luar pakem kebiasaan Korea Selatan.

“Korea Selatan umumnya mengutamakan Jepang, Amerika Serikat dan Australia. Kehadiran Ibu Mega serta keterlibatannya dalam upaya reunifikasi ditambah utusan khusus Presiden Moon telah menemui Presiden Joko Widodo di Jakarta, saya berkeyakinan Korea Selatan mulai berkeinginan untuk membentuk aliansi baru,” kata diplomat yang telah berkarier selama 25 tahun. [CHA/KRG]