Dewan Tujuh Belas dan Pieter Both

Dewan Tujuh Belas (foto: zirlyfiera.blogspot.com)

koransulindo.com – Tidak banyak yang diketahui tentang tahun-tahun awal kehidupan Pieter Both. Sedikit dari yang diketahui yaitu bahwa pada 1599, Both sudah menjadi laksamana di New, atau Brabant Company. Pada tahun itu, ia melakukan perjalanan ke Hindia Timur dengan empat kapal. Ketika Perusahaan Hindia Timur Belanda yang baru didirikan mendirikan pemerintahan untuk Hindia Belanda, Pieter Both ditunjuk untuk menjadi Gubernur Jenderal.

Dewan Tujuh Belas

Pada 20 Maret 1602, secara resmi dibentuk persekutuan kongsi dagang Belanda di Nusantara yang kemudian dikenal dengan nama VOC (Vereenidge Oost Indische Compagnie). VOC dipimpin oleh sebuah dewan beranggotakan 17 orang direktur yang disebut Dewan Tujuh Belas atau Heeren Zeventien. Tujuh belas direktur tersebut merupakan perwakilan dari enam kongsi dagang (kamers) yang melebur menjadi VOC. Enam kongsi dagang tersebut adalah Amsterdam, Zeeland, Delft, Rotterdam, Hoorn, dan Enkhuizen. Markas besar Dewan Tujuh Belas berkedudukan di Amsterdam, Belanda, dan mereka menjalankan tugasnya dari sana.

Para pemberi saham di VOC juga datang dari berbagai kalangan, ada saudagar, bankir, pegawai pemerintah, maupun pemilik lahan. Proporsi delegasi kongsi dagang dalam Dewan Tujuh Belas pun ditentukan sesuai besar modal yang dibayarkan. Untuk jumlah tujuh belas orang di dewan itu, terpilihlah delapan delegasi dari Amsterdam, empat dari Zeeland, satu dari setiap kongsi dagang yang kecil (Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen), serta anggota ke-17 dipilih atas kesepakatan bersama. Heeren Zeventien biasanya mengadakan pertemuan di Amsterdam dan Middleburg (Zeeland) sebanyak dua kali dalam setahun.

Di bawah naungan Heeren Zeventien, VOC pun berhasil berkembang menjadi persekutuan kongsi dagang yang sangat kuat di dunia. Akan tetapi, pada 27 Maret 1749 Parlemen Belanda mengeluarkan undang-undang yang menetapkan Raja Willem IV sebagai pemimpin tertinggi VOC. Dengan ketetapan ini, Dewan Tujuh Belas harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada raja.

Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Tujuh Belas tetap berada di Amsterdam dan tidak turun langsung ke lapangan. Oleh karena itu, pengetahuan mereka akan negeri jajahan sangat terbatas, hanya mengandalkan laporan-laporan dan catatan perjalanan yang dibuat oleh perwakilannya.

Berbagai keberhasilan yang diraih VOC pun ternyata membuat Heeren Zeventien kewalahan. Terlebih lagi, persaingan dan permusuhan dengan bangsa Eropa lainnya juga semakin keras. Pada akhirnya, Dewan Tujuh Belas sepakat untuk menciptakan kelembagaan baru dalam organisasi VOC, yakni jabatan Gubernur Jenderal dan Dewan Hindia.

Pada 1610, Heeren Zeventien menunjuk Pieter Both sebagai Gubernur Jenderal VOC yang pertama. Gubernur Jenderal diberi tanggung jawab untuk menjalankan bisnisnya di tanah jajahan dan dalam menjalankan tugasnya, Gubernur Jenderal dibimbing dan diawasi langsung oleh Dewan Hindia.

Pieter Both

Pieter Both (lahir di Amersfoort 1568 – meninggal di Mauritius 1615 pada umur 47) adalah wakil VOC pertama di Hindia dan bisa pula dikatakan Gubernur Jenderal pertama Hindia Belanda. Ia memerintah antara tahun 1610-1614.

Pieter Both Gubernur Jenderal VOC pertama (foto: belajarbahasa)

Selesai penugasannya sebagai perwira laut utama di Hindia Belanda (1599-1601), Pieter Both ditunjuk sebagai ‘penguasa tertinggi’ pada November 1609 dengan tugas utama untuk menciptakan monopoli perdagangan antara pulau pulau di Hindia Belanda hanya dengan Kerajaan Belanda, dan tidak dengan negara lain, terutama Inggris. Dan Pieter Both memulainya dengan mendirikan pos perdagangan di Banten dan Jakarta (1610).

Pieter Both memegang jabatan sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 19 Desember 1610 hingga 6 November 1614. Dan dia berhasil mengadakan perjanjian perdagangan dengan Pulau Maluku, menaklukan Pulau Timor dan mengusir Spanyol dari Pulau Tidore.

Saat ia memegang kekuasaan, markas utama dari VOC adalah di atas kapal dagang mereka. Sesekali mereka berlabuh di Banten dan membuang jangkar di Maluku.

Pelabuhan transit yang pertama kali dipilih adalah Banten, namun VOC selanjutnya mulai melirik Jayakarta. Sebabnya, kala itu Kesultanan Banten masih terlalu kuat bagi VOC.

Namun, Belanda pada akhirnya tetap berhasil memperoleh izin dari penguasa Banten untuk membangun gudang di Jayakarta. Pendirian gudang tersebut adalah berdasarkan perjanjian antara L. Herminte, Pieter Both, dan Pangeran Jayakarta yaitu Wijayakrama.

Pada awal pembangunannya di tahun 1611, gudang atau loji tersebut dibangun dengan bahan-bahan tak permanen. Pada tahun 1613 barulah bahan kayu dan bambu yang awalnya digunakan, diganti dengan bahan-bahan batu. Mulanya, dibangun gudang yang dinamai Nassau, lalu Belanda membangun lagi yang lain dengan nama Maun’tius.

Kendati begitu, pengganti Pieter Both kemudian yakni Geritz Reijnst dan Laurens Real justru lebih sibuk di Maluku. Sehingga, kedua gudang ini tidak begitu diperhatikan. Meskipun Pieter Both menjalankan tugasnya dengan baik, pada akhirnya Dewan Tujuh Belas memutuskan untuk memberhentikannya.

Pada 6 November 1614, Pieter Both mengakhiri masa jabatannya dan digantikan oleh Gerard Reynst sebagai Gubernur Jenderal VOC yang kedua.

Setelah Pieter Both selesai dengan jabatannya di Hindia Belanda, ia bertolak kembali ke Belanda dengan empat kapal. Namun naas, rombongannya mengalami nasib malang ketika melintas di Perairan Mauritius. Dua kapal pada rombongan Pieter Both karam, dan ia pun ikut tenggelam pada 6 Maret 1615. [NoE]