Rasa khawatir campur gembira beraduk dalam pikiran Suroto. Peternak ini dipanggil Presiden datang ke Istana, untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya membentangkan poster saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Blitar, Jawa Timur, pada Rabu 7 September 2021.
Saat Presiden Jokowi berada dalam perjalanan menuju Makam Bung Karno (MBK), tiba-tiba seorang pria membentangkan poster di pinggir jalan. Poster itu bertuliskan semacam gugatan dan keluhan, sekaligus permohonan: “Pak Jokowi Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar.”
Pria tersebut lalu diamankan oleh pihak pengamanan Istana, setelah rombongan Presiden keluar dari Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Kota Blitar. Diketahui nama orang itu Suroto, salah seorang peternak ayam telur di Blitar.
Selama sepekan Suroto merasa diawasi. Sampai akhirnya dia tiba-tiba diundang datang ke Istana Kepresidenan pada Selasa (14/9). “(Saya diberitahu) kemarin pagi pukul 08.00. Jadi mendadak. Kita tidak tahu. Ah ini pasti bohong. Ternyata ya betul-betul,” kata Suroto kepada wartawan, di Istana, Rabu keesokan harinya.
Awalnya, saat bertemu, dia meminta maaf kepada Jokowi atas apa yang telah dilakukannya dengan membentangkan poster. “(Namun, Presiden malah) berterima kasih sekali dengan apa yang saya lakukan itu,” ungkap Suroto, yang mengaku dirinya seorang peternak ayam petelur.
Dalam pertemuan di Istana Kepresidenan, turut hadir sejumlah perwakilan peternak. Di antaranya, Ketua Pinsar Petelur Nasional Yudianto Yosgiarso, Ketua Koperasi Putera Blitar Sukarman, dan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Rofi Yasifun. Juga, dua menteri terkait, yaitu Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian.
Menurut Presiden, sebagaimana ditirukan Suroto, “Kalau tidak ada kamu yang membentangkan poster, saya tidak akan tahu kondisi di bawah.” Selama ini, laporan anak buahnya di bawah tidak sampai ke pihaknya di atas. Bahkan, laporan itu kadang bersifat ABS (asal bapak senang).
Dia menyebut, tulisan posternya yang ditulis di media tidak lengkap alias terpotong. Bunyi lengkapnya adalah: “Pak Jokowi, bantu peternak beli jagung dengan harga wajar telur murah.” Kata “telur murah” tak disebutkan di media, sehingga memberi kesan seolah dirinya membuat protes yang mengada-ada tanpa fakta yang nyata.
Suroto menyebut dirinya membuat poster tersebut karena ia tidak punya jalan keluar lain atas masalahnya selaku peternak ayam. Menurut Suroto, meski para peternak dapat memproduksi telur seratus persen, mereka masih tetap merugi karena telur tidak terjual dan tetap menumpuk di kandang.
Berbagai usaha spontanitas sudah coba dilakukan para pelaku usaha ternak ayam di Blitar. Misalnya, para ketua asosiasi dan ketua koperasi sudah berupaya berkoordinasi dengan pemerintah, melalui dinas perdagangan dan dinas pertanian setempat.
Bahkan, mereka sudah pernah meminta audiensi untuk melakukan dengar-pendapat dengan Kementerian Pertanian. Ini pun sudah berlangsung dan terlaksana dengan baik, tapi mereka hanya ditemui pihak dirjen terkait, yang ternyata tidak bisa memberikan solusi.
“Akibatnya, posisi kita terjepit. Usaha kami tidak bisa jalan,” ungkap Suroto. Makanya, ketika dia mendengar Presiden akan berkunjung ke Blitar, tiba-tiba terbetik suatu inisiatif dalam pikirannya: dia akan meminta bantuan Presiden, tapi bagaimana caranya?
Akhirnya, dia memilih cara dengan membuat poster yang akan dibentangkan di pinggir jalan saat Presiden lewat. “Kalau saya tidak nekat membentangkan poster, (keluhan kami) ini pasti tidak akan ditanggapi. Artinya, saya percaya, ini tidak akan sampai ke Pak Jokowi,” jelasnya.
Suroto percaya, satu-satunya orang di Indonesia pada saat ini yang bisa menolong peternak hanyalah Presiden Jokowi. “Itu saja,” ungkap Suroto, seraya menegaskan bahwa ia tidak punya tendensi politik apa pun. “Murni saya sebagai peternak mandiri,” tambahnya.
Protes Suroto langsung membuahkan solusi yang selama sepekan dipikirkan Presiden serta dikoordinasikan dengan pihak terkait. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo langsung diperintahkan Presiden untuk turun tangan.
Mendag Lutfi mengatakan, pihaknya sedang mengupayakan agar harga pakan jagung untuk peternak dapat turun menjadi Rp4.500 per kilogram. “Ini akan kita kasihkan,” kata Mendag Lutfi di Kompleks Istana Kepresidenan usai bertemu Presiden.
Mendag mengakui, dalam beberapa waktu terakhir memang terjadi ketidakseimbangan dalam industri perunggasan domestik, karena tingginya harga pakan jagung dan gandum. Kenaikan harga pakan tersebut memicu kenaikan biaya produksi petani dan peternak.
Akibatnya, ongkos produksi petani atau peternak layer dan broiler menjadi sangat tinggi. Sementara itu, dikarenakan pandemi, harga kebutuhan pada telur menurun. “Ini menyebabkan terjadi delta yang besar,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan, sesegera mungkin akan menerapkan kebijakan yang dapat menekan harga pakan bagi peternak. Dengan turunnya harga pakan, dan masyarakat mampu membeli telur dan daging, ini pada gilirannya dapat memperbaiki gizi masyarakat.
Mentan mengakui, Presiden memerintahkan pihaknya mengupayakan dengan cepat, selambat-lambatnya pekan ini, agar harga pakan jagung bagi peternak dapat segera bergerak ke level normal. Penurunan harga pakan jagung itu terutama dilakukan di tiga wilayah sentra peternakan yakni Klaten, Blitar dan Lampung.
Syahrul bahkan mengatakan, subsidi dapat diberikan jika memang diperlukan untuk menormalisasi harga pakan jagung. “Ada quick-quick agenda,” tegasnya.
Itulah perintah langsung Presiden Jokowi ke Mendag dan Mentan. Bunyinya tegas: agar mereka melakukan langkah cepat minggu ini juga, sehingga kebutuhan jagung, khususnya di tiga sentra peternakan yang bermasalah — Klaten, Blitar dan Lampung — bisa tertangani dengan harga sangat normatif.
Baca juga: