Najat Belkacem dan Emmanuel Macron. Foto: closermag.fr

Koran Sulindo – Anak berusia tiga tahun kini wajib bersekolah. Demikian aturan baru di Prancis yang akan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2019. Program ini merupakan salah satu program reformasi Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam dunia pendidikan.

Macron mengubah aturan mengenai usia sekolah anak-anak di Prancis bukan lagi enam tahun. Perubahan tersebut membuat Prancis menjadi negara dengan usia sekolah terendah di Eropa.

Seperti diberitakan Telegraph dan ABC Online, anak-anak di Prancis sebelumnya memang mulai bersekolah di usia enam tahun. Reformasi pendidikan yang dilakukan Macron ini dilakukan agar anak-anak, khususnya di daerah miskin Prancis, mengirimkan ke pendidikan anak usia dini dan taman kanak-kanak.

Menurut data, 93% anak usia tiga tahun di Prancis sudah terdaftar mengikuti pendidikan usia dini. Tapi, jumlahnya jauh lebih rendah dibandingkan negara lain.

Pada Selasa lalu (27/3), Macron mengungkapkan, perubahan tersebut merupakan momen awal dalam perubahan sistem pendidikan di Prancis.

Macron memang dikenal sebagai politisi yang peduli pendidikan. Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Penelitian Prancis dalam kabinetnya, Najat Belkacem, telah menjadi inspirasi banyak orang tentang kegigihannya dalam upaya memperoleh pendidikan.

Belkacem lahir di pedesaan Bani Chiker, Provinsi Nador, Maroko, pada 4 Oktober 1977. Ia tumbuh dalam kehidupan keluarga petani kecil di desa terpencil. Rumah mereka hanya berdinding tanah merah dan beratapkan jerami. Belkacem adalah anak kedua dari tujuh bersaudara.

Ia menghabiskan masa kecilnya dengan menggembala ternak kambing milik kakeknya. Belkacem juga kerap berkelana dari satu bukit tandus ke bukit lainnya mencari air bersama kakaknya, Fatiha. Sementara itu, ayah mereka bermigrasi ke Prancis untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Inilah jalan yang membuat Belkacem kemudian menetap di Prancis dan menjadi warga negara di sana. [PUR]