Suluh Indonesia – Tiga belas bulan setelah perang yang mengoyak Aleppo di Suriah berhenti, musik tradisional kembali bersemi di kota itu. Para siswa mulai belajar lagi teknik lantunan tradisional musik Suriah, tarab, di gedung Institut Paduan Suara Nasional, yang berdiri di tengah kota.
Di tengah konflik yang berkecamuk di Aleppo, musik tradisional memang tetap bertahan. Bisnis dan perdagangan hancur, tapi musik tetap bertahan. Sebab, hanya melalui nyanyi dan lagulah warga bisa tetap mempertahankan semangat nasionalisme dan cinta tanah air yang digerus perang.
Konflik Suriah yang pecah pada 2011 telah membunuh ratusan ribu orang dan mengusir jutaan lainnya dari rumah mereka. Aleppo terpecah selama bertahun-tahun menjadi zona-zona yang dikuasai pemerintah dan para pemberontak. Pusat-pusat kebudayaan yang berada di kota tersebut hancur.
Pertempuran di Aleppo berakhir pada Desember 2016. Ketika itu, pasukan Suriah yang didukung oleh jet-jet tempur Rusia dan milisi Syiah dukungan Iran, berhasil menyerbu wilayah pemberontak setelah pengepungan dan baku tembak selama berbulan-bulan.
Lokasi kota Aleppo memang sangat strategis secara politik dan militer sehingga menjadi pusat perang. Tak hanya itu, ia pun tercatat sebagai salah satu tujuan akhir dari Jalur Sutra, yang sebelumnya melewati Asia Tengah dan Mesopotamia.
Sejak 2 SM, Aleppo telah berada di jalur utama perdagangan sutra. Jalur ke Aleppo seolah membentang di antara Mediterania Timur dan Lembah Eufrat. Para pelancong datang ke kota itu tak hanya berdagang, tapi juga belajar pengetahuan dan menghibur diri.
Di sana, mereka dapat menyaksikan banyak peninggalan bersejarah. Peninggalan ini membuktikan adanya interaksi sosial, budaya, dan ekonomi dari abad ke-12 hingga ke-15.
Sebelum perang, penduduk Aleppo terbesar di seluruh wilayah Suriah, negeri yang dalam buku sejarah dikenal dengan sebuah Syam. Jumlah penduduknya mencapai 4,6 juta penduduk, namun berkurang banyak akibat Perang Saudara yang berkecamuk selama lima tahun.
Aleppo termasuk kota terbesar di Suriah sebelum meletus Perang Saudara di sana. Ia pun tergolong kota terbesar kedua setelah Damaskus, ibu kota Suriah. Dan termasuk kota ketiga terbesar dalam Kesultanan Utsmaniyah, setelah Konstantinopel (Istanbul) dan Kairo.
Sebagai kota kuna besar dan kota tertua di dunia, Aleppo terus-menerus dihuni sejak abad ke-6 SM. Penggalian di Tell as-Sawda dan Tell al-Ansari, persis di selatan Kota Kuno Aleppo, memperlihatkan daerah ini sibuk sejak paling kurang abad ke-3 SM.
Hal sama juga disebutkan dalam lembaran-lembaran tulisan kuna yang digali di Ebla dan Mesopotamia. Lembaran-lembaran itu jelas menyebut Aleppo sebagai kota perdagangan dan pusat keahlian militer.
Sejarahnya yang panjang menunjukkan posisi strategis Aleppo sebagai pertengahan pusat perdagangan antara Laut Tengah dan Mesopotamia (sekarang Irak).
Saat Kejatuhan Kesultanan Utsmaniyah setelah Perang Dunia I, daerah pedalaman Aleppo diserahkan kepada Turki Modern. Kesultanan Utsmaniyah punya kepentingan dengan kota ini, dalam rangka membangun jalur kereta api yang menghubungkannya ke Mosul.
Namun, saat Terusan Suez dibuka pada 1869, perdagangan yang tadinya berpusat di kota, kini dialihkan ke laut dan Aleppo pun perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Pamornya sebagai pusat perdagangan kian meredup.
Jauh setelah itu, pada 1940-an, Aleppo juga kehilangan akses utama menuju laut Antakya dan Alexandretta, serta ke Turki. Akhirnya, pengasingan Suriah di akhir beberapa dekade lebih lanjut membuat situasi menjadi lebih buruk.
Kemunduran itu mungkin membantu untuk melindungi Kota Kuno Aleppo, arsitektur abad pertengahannya, dan warisan tradisionalnya. Aleppo pun memenangkan gelar sebagai “Ibu kota Budaya Islam 2006” dan namanya terus melambung karena restorasi tempat bersejarah terkenal dilakukan dengan sukses.
Masa kejayaan Jalur Sutra kembali berupaya dipugar. Banyak bangunan megah seperti benteng dan masjid yang dipugar kembali. Salah satunya, benteng yang dibangun di atas bukit. Ada pula masjid agung yang dibangun pada abad ke-9 oleh Bani Umayyah dan sempat beberapa kali dipugar.
Peninggalan bersejarah lainnya di kota ini adalah Bazar. Inilah kawasan perdagangan yang membentang sepanjang 13 kilometer. Selama ratusan tahun, kehidupan ekonomi dan sosial Aleppo berpusat di kawasan ini.
Tak hanya sebagai pusat perdagangan, Aleppo juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Banyak sarjana, ilmuwan, dan penyair yang berasal dari kota ini. [ahmadie thaha]
Baca juga: