Ketua MPR Taufiq Kiemas dalam peluncuran buku Empat Pilar untuk Satu Indonesia, 22 Februari 2012.

Koran Sulindo – Sosialisasi “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” akan terus dilakukan MPR, bekerja sama dengan berbagai lembaga dan kelompok masyarakat. Sosialisasi pun akan dilakukan dengan beragam metoda.

Menurut Wakil Ketua MPR EE Mangindaan, MPR bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi tengah mengembangkan materi-materi “Empat Pilar” melalui game di telepon seluler.  “Bersama akademisi, kami menggunakan metoda ToT; dengan mahasiswa melalui metoda outbound. Bekerjasama dengan Kementerian Infokom sedang dikembangkan materi-materi seperti game di handphone. Kami buat menarik dan bukan indoktrinasi,” kata Mangindaan ketika memberi pengantar sosialisasi “Empat Pilar” kepada Duta Wisata Provinsi Sulawesi Utara, Kamis (9/6), seperti diungkapkan siaran pers MPR.

Merosotnya wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia saat ini, lanjutnya, menjadi salah satu alasan MPR tetap menyosialisasi “Empat Pilar”.  Selain itu, pengaruh pandangan radikal serta pergeseran paham liberal yang mengarah ke kapitalisme juga menjadi alasan lainnya.  “Mungkin kita masih ingat di sekolah, pendidikan kewarganegaraan [Pancasila] kadang-kadang dianggap sepele. Banyak yang tidak mau memahami [Pancasila] karena dipengaruhi oleh yang lain,” tuturnya.

Ditambahkan Mangindaan, pengaruh yang juga cukup kuat adalah individualisme. “Sekarang, ikatan keluarga kurang kuat. Ketika makan malam bersama, masing-masing anggota keluarga sibuk dengan handphone-nya. Tidak ada lagi nasihat-nasihat keluarga,” katanya.

Menurut dia, dengan latar belakang seperti itu terjadilah kemerosotan wawasan kebangsaan. “Inlah yang membuat MPR menyosisialisasi ‘Empat Pilar’. MPR tidak akan bosan menyosialisasi ‘Empat Pilar’,” tutur Mangindaan.

Seperti diketahui, sosialisasi “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” digagas oleh Taufiq Kiemas sewaktu menjadi Ketua MPR. Suami dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tersebut semasa hidupnya memang berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melakukan reaktualisasi terhadap nilai-nilai dasar kebangsaan dan kebernegaraan, yang kemudian beliau namakan “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” dan dengan cepat menjadi populer dengan sebutan “Empat Pilar”, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.

Taufiq Kiemas begitu yakin, nasionalisme yang terkandung dalam “Empat Pilar” adalah jawaban yang paling rasional sekaligus memiliki kandungan historis untuk menghadapi persoalan-persoalan yang melanda bangsa dan negara Indonesia yang plural, baik kini maupun di masa yang akan datang. [PUR]