Adian Napitupulu

Koran Sulindo – Kader PDI Perjuangan yang anggota Komisi VII DPR, Adian Napitupulu, ditolak masuk Bina Graha di lingkungan Istana Negara, Jakarta. Padahal, Adian datang untuk memenuhi undangan diskusi soal PT Freeport Indonesia. Yang menolak Adian masuk adalah Pasukan Pengamanan presiden (Paspampres). Alasannya: Adian mengenakan celana jins.

“Saya diundang resmi untuk diskusi dan mendengarkan aspirasi masyarakat suku Amungme oleh Deputi V Kepala Staf Kepresidenan, Danny Jaleswari Pramudhawardani. Undangan itu jelas mengundang saya sebagai anggota Komisi VII DPR RI, komisi yang tugasnya sangat terkait dengan Freeport,” ungkap Adian, Jumat (17/3).

Pelarangan tersebut, lanjutnya, sangat berlebihan. Apalagi, acara diskusi itu bukanlah acara kenegaraan resmi. “Dalam undangan juga tidak disebutkan dress-code. Tanpa dress-code yang diwajibkan, artinya kita boleh berpakaian bebas selama dalam batas norma dan etika kesopanan,” tuturnya.

Adian pun berusaha menghubungi Danny Jaleswari Pramudhawardani melalui telepon. “Tapi lebih dari tiga kali saya telepon sama sekali tidak diangkat. Saya kirimkan pesan via WhatsApp, juga tidak direspons,” katanya.

Ia terus berusaha. Kali ini, ia menghubungi nomor kontak yang ada di undangan. Respons pun didapat. Lima belas kemudian, dia dipersilakan masuk oleh dua orang yang mengaku sebagai staf Kepala Staf Kepresidenan. “Tapi, ternyata tetap ditolak oleh Paspampres. Bahkan, Paspampres meminta staf  itu dan saya untuk menghadap serta mohon izin ke Komandan Kompleks Bina Graha. Luar biasa aneh istana ini. Surat yang mereka buat pun, staf yang diutus itu, materi diskusi yang terkait kedaulatan NKRI, semua tidak ada harganya di mata Paspampres. Setahu saya, Jokowi itu presiden sipil yang dipilih secara demokratis, tapi sepertinya yang berkuasa di istana bukan kekuasaan sipil,” ujarnya.

Ia mengaku prihatin atas sikap Paspamres yang seperti itu. “Saat kita sedang berjuang untuk divestasi saham 51 persen untuk Indonesia, saat kita berjuang menegakkan kedaulatan atas sumber daya alam, pada saat yang sama istana sibuk mempersoalkan bahan pakaian,” tutur Adian.

Dijelaskan Adian, Paspamres adalah pengaman kompleks kepresidenan, bukan menjadi penilai pakaian. “Standard kesopanan itu sederhana, bersih, tidak mengumbar aurat, dan tidak robek sana-sini,” ungkapnya.

Adian pun menilai istana semakin jauh dari rakyat. “Hari demi hari, istana semakin jauh dari rakyat, semakin jauh dari pendukung-pendukungnya, dan tidak lagi dimaknai sebagai rumah rakyat, melainkan sebagai istana raja yang penuh aturan feodal. Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin nanti masuk istana pun kita harus jalan jongkok seperti masuk istana raja zaman dulu,” katanya.

Namun, anehnya, lanjut Adian, dirinya sering mendengar banyak pengusaha dengan mudahnya masuk-keluar kompleks istana untuk bicara investasi. “Dagang ini dan itu, sementara saya datang diundang resmi, saya datang untuk berjuang menegakkan kedaulatan negara, bukan untuk berdagang, tapi justru saya dilarang. Mungkin kalau saya datang untuk berdagang dengan cincin emas dan jam Rolex akan bisa masuk lebih mudah,” kata Adian lagi. [PUR]