Puncak Carstensz (Alfindra Primaldhi/National Geographic)

Bagi para pendaki, mencapai puncak gunung bukan sekadar petualangan, tetapi juga pembuktian atas ketahanan fisik dan mental. Setiap langkah yang diambil di medan terjal adalah perjuangan melawan diri sendiri, cuaca yang tak menentu, serta tantangan alam yang tak bisa diprediksi. Namun, di balik semangat menaklukkan puncak, tersimpan risiko besar yang bisa berujung tragis.

Baru-baru ini, duka menyelimuti dunia pendakian Indonesia. Dua pendaki harus meregang nyawa di Puncak Carstensz akibat kondisi ekstrem yang mereka hadapi. Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia dalam ekspedisi ke puncak tertinggi di Pegunungan Jayawijaya pada Sabtu (1/3). Mereka dilaporkan mengalami hipotermia saat cuaca buruk melanda kawasan tersebut.

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa di ketinggian 4.884 meter, alam tetaplah penguasa sejati, dan manusia hanya bisa bertahan dengan persiapan yang matang serta kewaspadaan penuh.

Puncak Carstensz, Tantangan Ekstrem

Carstensz Pyramid, atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai Puncak Jaya, merupakan salah satu dari Tujuh Puncak Dunia (Seven Summits). Gunung ini menjulang setinggi 4.884 meter di atas permukaan laut dan menjadi tujuan favorit bagi para pendaki dari seluruh dunia. Keunikan lain dari gunung ini adalah banyaknya nama yang melekat padanya, seperti Puncak Jaya Kesuma dan Jaya Kesuma.

Puncak Carstensz terkenal dengan jalur pendakian yang ekstrem. Medan yang sulit, kondisi cuaca yang tidak menentu, serta suhu yang bisa turun drastis membuat pendakian ke puncak ini menjadi tantangan besar bagi siapa pun yang ingin menaklukkannya.

Mengutip laman National Geographic, pendakian ke Puncak Carstensz memiliki sejarah panjang. Pada tahun 1936, ekspedisi yang disponsori oleh Perhimpunan Geografi Kerajaan Belanda dipimpin oleh Antonie Hendrikus Colijn. Tim ini bertujuan untuk mencapai puncak tertinggi di wilayah tersebut, namun hanya berhasil mencapai Ngga Pulu, yang pada saat itu diyakini sebagai titik tertinggi.

Baru pada tahun 1962, seorang pendaki asal Austria, Heinrich Harrer, bersama timnya yang terdiri dari Russell Kippax dan Albert Huizenga, berhasil mencatatkan diri sebagai tim pertama yang mencapai puncak Carstensz Pyramid yang sebenarnya. Harrer sendiri kemudian dikenal karena persahabatannya dengan Dalai Lama, yang kisahnya diadaptasi dalam film Seven Years in Tibet.

Risiko dan Tantangan Pendakian di Puncak Carstensz

Tragedi yang menimpa Lilie dan Elsa mengingatkan kita pada risiko besar dalam dunia pendakian. Hipotermia, kelelahan ekstrem, serta kondisi cuaca yang tak terduga menjadi faktor utama yang mengancam nyawa para pendaki.

Pendakian ke Carstensz Pyramid memerlukan persiapan yang matang, baik dari segi fisik, mental, maupun perlengkapan. Selain itu, faktor cuaca yang sulit diprediksi membuat keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap ekspedisi.

Duka mendalam bagi keluarga dan sahabat Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono. Kepergian mereka menjadi pengingat bahwa alam, meskipun indah dan menantang, tetaplah memiliki risiko yang harus dihormati dengan kewaspadaan dan persiapan yang matang. [UN]