Menjadi seorang jurnalis profesional adalah mimpi bagi beberapa orang, termasuk Ulpa Nurpaujiah yang sedang berproses di dunia sastra dan jurnalistik. Jalan yang dilalui tidak selalu mulus. Sebagai seseorang yang sebelumnya hanya terbiasa menulis puisi, dunia jurnalistik terasa seperti terjun ke dalam lautan yang tak pernah terduga dalamnya.
Perjalanan Ulpa di dunia jurnalistik baru dimulai kurang dari dua tahun. Awalnya, hanya terbiasa merangkai kata dalam bentuk puisi, yang kemudian dipublikasikan baik dalam bentuk buku cetak maupun melalui media sosial. Namun, keinginan untuk mengeksplorasi berbagai jenis tulisan membawanya ke sebuah tantangan baru: menjadi jurnalis.
Pertama kali dia merasakan atmosfer dunia jurnalistik ketika mulai bekerja di koransulindo.com, sebuah media siber yang memberikan kesempatan untuk belajar menulis artikel berita. Menulis sebuah berita jelas sangat berbeda dengan menulis puisi. Menulis berita harus berdasarkan fakta, sedangkan puisi mengandalkan dunia fiksi, imajinasi yang dikarang menjadi rangkaian kata-kata.
Langkah besar terbuka ketika dia direkomendasikan oleh atasannya untuk mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diadakan oleh Lembaga Pers Dr. Soetomo di Gedung Dewan Pers Jakarta.
UKW ini berlangsung selama dua hari, pada tanggal 14 dan 15 Agustus 2024, dengan satu hari lokakarya pada tanggal 13 Agustus 2024 dengan peserta sebanyak 38 orang. Dengan 11 mata uji yang harus diselesaikan, metode penilaian yang dipakai meliputi lisan, tulisan, dan simulasi praktik.
Perjuangan untuk mendapatkan sertifikasi wartawan muda tidak seperti membalikkan telapak tangan. Berbagai ujian diberikan pada peserta. Mata uji yang diberikan tidak jauh dari kegiatan jurnalistik seperti cara menulis berita, melakukan rapat redaksi, membangun jejaring, mengusulkan liputan, mengambil sudut pandang berita atau news value, menyunting berita sendiri dan penguji akan menguji kemampuan peserta dalam memahami Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dan peraturan tentang pers.
Karena penting bagi seorang jurnalis untuk memahami Kode Etik Jurnalistik dan peraturan pers. Salah satunya adalah seorang jurnalis harus bersikap independen dengan tidak membuat berita atas dasar paksaan dan campur tangan pihak lain.
Meskipun menulis berita bukanlah hal pertama kali yang Ulpa lakukan. Tetapi saat UKW dia merasa benar-benar seperti baru mulai belajar menulis berita. Seleksi ketat yang diselenggarakan cukup mengguncang mental, terlebih bagi jurnalis pemula.
Tujuan dari UKW ini adalah untuk melahirkan jurnalis yang profesional dan kompeten. Dengan memberikan edukasi supaya jurnalis menjadi lebih paham bagaimana cara menyunting berita sendiri, membangun jejaring, membuat bahan liputan, melaksanakan rapat redaksi, melakukan peliputan hingga mencari news value yang bermanfaat bagi publik.
Pengalaman ini bukan hanya tentang menguji kemampuan, tetapi juga tentang mengatasi ketakutan dan keraguan dalam diri sendiri. Saat penguji akhirnya memberikan nilai di atas batas minimal, rasa lega yang tak terlukiskan menyelimuti diri Ulpa.
Selain mendapatkan sertifikasi wartawan untuk jenjang muda, UKW ini juga membuka pintu untuk menjalin relasi dengan sesama jurnalis dari berbagai media, baik media siber maupun televisi. Ilmu baru yang didapatkan selama UKW ini akan menjadi bekal berharga dalam perjalanan sebagai seorang jurnalis.
Kini, langkah selanjutnya adalah terus belajar dan mengasah keterampilan. Jika ada kesempatan, keinginannya adalah untuk terus melanjutkan ke jenjang berikutnya, dari wartawan muda menjadi wartawan madya, hingga wartawan utama. Itu diperlukan untuk menjadi seorang jurnalis yang tidak hanya profesional, tetapi juga berkompeten dan mampu memberikan kontribusi berarti bagi dunia jurnalistik di Indonesia.
Perjuangan ini baru awal dari perjalanan panjang yang di harapkan akan membawa Ulpa ke puncak impian. Namun, dia tidak sepenuhnya meninggalkan kesibukan sebelumnya yaitu menulis puisi, hanya saja profesi jurnalis adalah fokus utamanya saat ini.