PEMBANGUNAN smelter kedua PT Freeport Indonesia atau PTFI direncanakan selesai sesuai jadwal yaitu Mei 2024. Hingga kini penyelesaiaannya sudah mencapai 80 persen dari target.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengapresiasi kinerja PTFI yang telah menyelesaikan lebih dari 80 persen pembangunan smelter per akhir Oktober atau sesuai target linimasa kurva-S dari pemerintah.
Sebagai perwakilan dari pemerintah, Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, proyek smelter PTFI sangat fundamental untuk meningkatkan daya saing Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap impor beberapa material utama. Menurut Kartika, PTFI adalah salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi terbesar bagi negara dalam bentuk pajak dan royalti.
“Kami ingin produksi Freeport baik di hulunya, maupun nanti di smelter-nya benar benar bisa sesuai harapan, termasuk juga emas dan logam mulia lainnya,” kata Kartika.
PTFI terus menyelesaikan beberapa pekerjaan guna penyelesaian konstruksi fisik pada akhir Desember 2023.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyampaikan, tantangan utama dalam penyelesaian smelter adalah proyek manajemen yang tidak mudah.
“Sebab, ini menyangkut begitu banyak sub-kontraktor, melibatkan tenaga kerja yang banyak, serta bagaimana memadukannya sehingga in-line,” ujar Tony.
Keberadaan smelter PTFI hingga kuartal III-2023 telah berkontribusi terhadap nilai realisasi investasi untuk hilirisasi.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi untuk hilirisasi di sektor mineral senilai Rp 151,7 triliun. Dalam hal ini, tembaga memberikan kontribusi sebesar Rp 47,6 triliun.
Dengan sumber daya dan dengan program percepatan investasi, diharapkan Indonesia akan menjadi pemain yang diperhitungkan dalam pertambangan dan hilirisasi.
Menurut Tony, banyak pihak yang ingin berinvestasi di Indonesia untuk membuat value added yang akan lebih banyak lagi.
“Demand produk tambang akan semakin tinggi dan ini merupakan peluang dan Indonesia akan menjadi pemain yang diperhitungkan di dunia,” katanya.
Sebagai informasi, Dalam pembangunan smelter kedua tersebut, PTFI telah menanamkan investasi hingga 2,9 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 43 triliun per akhir Oktober 2023, dari total anggaran 3 miliar dollar AS.
Adapun kapasitas operasi smelter itu mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun. [MAS]