Setelah sempat mereda, kasus Monkeypox atau cacar monyet kembali ditemukan di Indonesia. Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi satu warga Indonesia terpapar cacar monyet.
“Belum lama ini, kemarin kita mendapat laporan satu kasus lagi terkonfirmasi,” kata Anggota Tim Kerja Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kemenkes Chita Septiawati dalam siniar “Sosialisasi Kewaspadan Monkeyfox” di Jakarta, Senin(16/10).
Menerut keterangan Chita, temuan kasus cacar monyet itu dilaporkan pada 14 Oktober 2023. Pasien tersebut terkonfirmasi setelah melalui serangkaian tes dan disebut merupakan warga DKI Jakarta.
Dengan temuan kasus baru tersebut, maka saat ini terdapat dua kasus cacar monyet di Indonesia setelah pertama kali ditemukan pada 20 Agustus 2022. “Sehingga sampai saat ini kita mempunyai dua kasus terkonfirmasi yang kebetulan keduanya ada di Jakarta,” kata dia.
Cacar monyet adalah penyakit disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highly pathogenic atau zoonosis. Virus Ini pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970.
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis virus langka yang terjadi terutama di bagian terpencil Afrika tengah dan barat. Penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia. Bisa ditularkan melalui kontak dengan darah, cairan tubuh atau lesi kulit atau mukosa hewan yang terinfeksi.
Karena sumber penularannya dari hewan, hanya sedikit kasus cacar monyet yang ditularkan dari manusia ke manusia. Jika Pun ada, penularan dapat terjadi melalui kontak dengan sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, luka pada kulit penderita, atau objek yang telah terkontaminasi cairan tubuh penderita.
WHO menulis bahwa penularan pada manusia sangatlah terbatas. Transmisi melalui partikel cairan pernapasan membutuhkan kontak antarmuka jangka panjang sehingga penyakit ini biasanya hanya menular kepada anggota keluarga.
Virus ini akan masuk melalui saluran pernapasan, kulit, maupun selaput lendir.
Oleh karena itu hindari kontak langsung dengan hewan terinfeksi melalui gigitan atau cakaran, hindari makan makanan terkontaminasi virus termasuk daging hewan liar, serta hindari kontak dengan orang yang terinfeksi. [PTM]