Kabar duka menghampiri para pencinta olahraga Indonesia, penjaga gawang legendaris tim nasional sepakbola dan mantan pemain PSMS Medan si “Tangan Emas” Ponirin Meka telah berpulang.
Ponirin yang terkenal dengan kehebatannya membendung tendangan penalti lawan sebelumnya dikabarkan mendapat serangan jantung pada 27 Maret 2022.
Mantan kiper Timnas Indonesia itu sempat tak sadarkan diri ketika mendapatkan perawatan di ruang ICU. Tetapi nasib berkata lain, Ponirin Meka tak jua pulih dan meninggal dunia pada Ahad, 10 April 2022.
Ponirin adalah kiper kebanggaan Timnas PSSI dan PSMS medan pada masanya. Ia pernah berkiprah pada tahun 80 an dan selalu menjadi andalan. Prestasinya untuk Timnas dan klub juga tidak main-main. Bersama PSMS Medan, ia merasakan gelar juara kompetisi amatir Perserikatan musim 1984-1985 setelah mengalahkan Persib Bandung di final.
Bersama Timnas Indonesia, Ponirin Meka tampil gemilang di Asian Games 1986 yang digelar di Seoul, Korea Selatan. Timnas Indonesia melaju hingga semifinal, setelah mengalahkan Uni Emirat Arab (UEA) di perempat final via adu penalti, 6-5.
Kala itu Ponirin Meka menggagalkan eksekusi penalti pemain UEA di babak kedua dan sekali saat adu penalti.
Keahliannya dalam menepis tendangan penalti membuat Ponirin mendapat julukan “si Tangan Emas”.
Pencapaian terbaik Ponirin Meka bersama Timnas Indonesia adalah menjadi juara pada gelaran SEA Games 1987 dan Piala Kemerdekaan 1987.
Kiprah si Tangan Emas
Penjaga gawang kelahiran Deli Serdang, 2 Februari 1956 silam ini memulai karier sepakbola di klub amatir PSSD yang merupakan anggota klub PSDS Deli Serdang pada 1976.
Sejak kecil Ponirin memang hobi bermain bola dengan mengumpulkan bungkus daun pisang yang digulung untuk menjadi bola.
Karena penampilan gemilangnya bersama PSDS, ia dapat bergabung dengan klub anggota PSMS Medan, PS Kinantan dan setahun kemudian Ponirin pindah klub Medan Putra juga klub anggota PSMS. Kemudian pada tahun 1979 Ponirin bergabung dengan klub Medan Utara.
Ponirin akhirnya menjadi kiper utama PSMS pada 1982, menggantikan Taufik Lubis yang pensiun sebagai pesepak bola.
Prestasinya yang fenomenal bersama PSMS adalah saat menjadi pahlawan dalam adu penalti melawan Persib Bandung pada Final Divisi Utama Perserikatan PSSI 1983 dan 1985.
“Pada final 1983 Persib gagal menjadi juara karena hanya dua eksekutornya yang mampu menjebol gawang PSMS yang dikawal Ponirin Meka yakni Bambang Sukowiyono dan Wawan Karnawan. Tiga penendang yang gagal adalah Giantoro, Adjat Sudrajat, dan Wolter Sulu,” sebut pemerhati PSMS, Indra Efendi Rangkuti sebagaimana dikutip Indosport.
Pada final Perserikatan edisi 1985, sebut Indra, PSMS kembali menghadapi Persib. Di babak adu penalti, Ponirin kembali menjadi pahlawan Ayam Kinantan.
“Eksekusi Iwan Sunarya, Adeng Hudaya, Dede Iskandar, dan Robby Darwis sukses dibendung Ponirin. Hanya Adjat Sudrajat yang sukses mencetak gol,” tambahnya.
Kepiawaiannya menjadi kiper bersama PSMS membawa Ponirin masuk Timnas Indonesia. Ponirin Meka memulai kiprahnya di Timnas di Merdeka Games 1984 yang dilatih oleh legenda PSMS Yuswardi. Walau gagal membawa Timnas juara, namun penampilan gemilang Ponirin mulai dipuji oleh media-media Asia.
Ponirin Meka kembali menjadi kiper utama ketika Indonesia tampil menawan di Asian Games 1986 di Seoul, dengan prestasi melaju ke semifinal setelah mengalahkan Uni Emirat Arab (UEA) di perempat final via adu penalti, 6-5.
Pemain yang dijuluki ‘Si Tangan Emas’ ini juga berhasil membawa Indonesia meraih medali emas untuk pertama kalinya di SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta, usai di final mengalahkan Malaysia 1-0 dan selama turnamen ini Ponirin hanya kebobolan satu gol.
Sebelum meraih emas SEA Games 1987, Ponirin Meka juga sukses membawa Timnas Indonesia Juara Piala Kemerdekaan 1987 setelah di final mengalahkan Aljazair 2-1. [DES]