Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat

PADA sekitar abad ke-16 Jepara pernah dipimpin oleh seorang wanita yang mendapat julukan dari Portugis sebagai de kranige dame yang berarti sosok wanita pemberani. Diego de Couto melukiskannya sebagai Rainha de Japara, senhora paderosa e rica yang berarti seorang wanita kaya dan sangat berkuasa. Sosok itu adalah Ratu Kalinyamat.

Ratu Kalinyamat yang bernama asli Retna Kencana merupakan putri ketiga dari Sultan Trenggono dan cucu dari sultan pertama Demak, Raden Patah. Sejak masih gadis, Retna Kencana sudah diberikan mandat untuk menjadi adipati di daerah Jepara, Pati, Kudus, dan Rembang. Setelah berusia matang, Retna Kencana menikah dengan lelaki dari negeri seberang bernama Pangeran Toyib yang bergelar Pangeran Hadiri karena ia merupakan seorang lelaki yang datang dari Aceh ke Jepara.

Dalam tradisi Jawa, perempuan disebut sebagai “konco wingking” (teman belakang). Mengenai pembagian peran, perempuan Jawa sering ditempatkan di ruang domestik atau urusan dalam rumah tangga. Ungkapan paling populer untuk perempuan Jawa bagi lelaki adalah sebatas peran mereka di sumur, kasur, dan dapur. Munculnya Ratu Kalinyamat sebagai lakon perempuan Jawa telah menunjukkan kondisi yang bertolak-belakang dengan tradisi dan gambaran perempuan Jawa secara umum.

Pernikahan Retna Kencana tidak bertahan lama karena sang suami tewas terbunuh oleh pasukan Arya Penangsang sebagai akibat dari kemelut perebutan kekuasaan di internal Kesultanan Demak. Babak hidup inilah yang membuat kehidupan Retna Kencana berubah. Demi menuntut keadilan atas kematian sang suami yang amat dicintainya, ia melakukan mertapa awewuda wonten ing redi Danaraja, kang minangka tapih remanipun kaore, yang terjemahannya bahwa Retna Kencana akan bertapa dengan telanjang di Gunung Danaraja dan yang dijadikan kain hanyalah rambutnya yang terurai.

Retna Kencana hanya fokus memikirkan cara bagaimana bisa membalas dendam atas kematian sang suami dan saudaranya yang telah dibunuh oleh Arya Penangsang. Di Gunung Danaraja itulah, ia mengatur strategi untuk menumbangkan Arya Penangsang. Kemudian balas dendam tersebut berhasil ia lakukan melalui kerja sama dengan Jaka Tingkir. 

Pada tanggal 10 April 1549, Retna Kencana dilantik secara resmi menjadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat. Jepara yang sempat mengalami kemerosotan ekonomi berhasil pulih kembali di bawah kekuasaan Ratu Kalinyamat. Selama 30 tahun memegang kekuasaan tertinggi di Jepara, Ratu Kalinyamat berhasil menjadikan Jepara sebagai salah satu kota pelabuhan terbesar di Nusantara.

Aktivitas perdagangan di laut Jepara semakin ramai dengan banyaknya pedagang dari luar Jawa yang singgah di Jepara. Sebaliknya Jepara juga berhasil melakukan ekspor beras, gula, madu, kayu, kelapa, kapuk, dan palawija ke daerah Bali, Maluku, Makassar, dan Banjarmasin. Dengan demikian, rakyat Jepara dapat hidup makmur selama pemerintahan Ratu Kalinyamat.

Ratu Kalinyamat tak hanya berpengaruh bagi Jepara maupun Demak. Pengaruhnya diakui oleh dunia internasional bahkan Portugis juga mengakui kehebatan Ratu Kalinyamat, sosok ratu pemberani dari tanah Jepara. Sama seperti Pati Unus, sang paman, Ratu Kalinyamat merupakan sosok anti-Portugis yang berani melancarkan serangan ke pasukan Portugis.

Ratu Kalinyamat dengan armada lautnya, telah dua kali menyerang Portugis di Malaka. Selama masa kekuasaannya, Jepara semakin berkembang pesat menjadi bandar pelabuhan terbesar di Pantai Utara Jawa serta memiliki armada laut yang besar dan kuat.

Pada 1573, ia diajak oleh Sultan Aceh, Ali Riayat Syah, untuk menyerang Malaka. Sayangnya, armada Jepara terlambat datang yang memberikan keuntungan bagi Portugis, sehingga membuat Aceh menelan kekalahan. Armada Jepara baru tiba pada 1574 yang terdiri dari 300 buah kapal layar dengan 15.000 prajurit pilihan. Panglima perang saat itu dipimpin oleh Laksamana Kiai Demang yang dalam catatan Portugis disebut dengan nama Quilidamao.

Meskipun dua kali penyerangan yang dilakukan Jepara mengalami kegagalan, Portugis mengakui bahwa Ratu Kalinyamat merupakan sosok pemimpin wanita yang pemberani dan gigih dalam menentang penjajahan. Dua kali penyerangan tersebut juga berhasil membuat Portugis kalang kabut dan mengalami banyak kerugian. Nama Ratu Kalinyamat tetap abadi yang tak lekang oleh zaman.

Sepanjang sejarah maritim di Indonesia, potret Ratu Kalinyamat telah meninggalkan jejak tersendiri mengenai keterlibatan perempuan Jawa yang menjaga kedaulatan maritim Nusantara. Selama 30 tahun kepemimpinannya, Ratu Kalinyamat telah berhasil membawa Jepara pada puncak kejayaannya. [S21]