Ilustrasi penutupan tempat usaha saat pandemi Covid-19 - Shuterstock
Ilustrasi penutupan tempat usaha saat pandemi Covid-19 - Shuterstock

Tingginya kasus aktif Covid-19 membuat pemerintah merasa perlu meningkatkan kewaspadaan. Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta jajarannya untuk berhati-hati dalam menangani Covid-19. Dia mengingatkan, kasus aktif Covid-19 sudah meningkat hingga 910 persen.

Pesan ini disampaikan Jokowi dalam Rapat Terbatas Evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara virtual dari Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (31/1).

“Saya ingin menegaskan kehati-hatian kita karena kasus aktif naik 910 persen, dari yang sebelumnya 6.108 kasus di tanggal 9 Januari (2022), kemudian menjadi 61.718 kasus di 30 Januari (2022),” kata Jokowi.

Jokowi mengutip data kenaikan kasus positif Covid-19 baru sebesar 2.248 persen, dari 529 kasus pada 9 Januari menjadi 12.422 kasus di 30 Januari 2022. Meski demikian Presiden merasa bersyukur karena tingkat kematian atau fatalitas akibat Covid-19 tidak melonjak.

Ada beberapa hal penting yang disampaikan oleh Presiden di antaranya pendekatan penanganan baru, upaya pencegahan transmisi lokal, disiplin pengetatan pintu masuk, Evaluasi PTM 100 persen dan Vaksinasi.

Pendekatan penanganan berbeda dirasa perlu mengingat karakteristik khusus dari Omicron. Dalam jangka pendek, harus memperkuat bagian di hilir, sosialisasi, edukasi yang masif untuk masyarakat yang positif tanpa gejala, untuk melakukan karantina mandiri dengan konsultasi dokter secara mandiri di Puskesmas, di Faskes, atau melalui Telemedisin. “Dan kemudian stok obat-obatan yang ada di apotek-apotek ini betul-betul harus dikontrol keberadaannya,” kata presiden.

Begitu pula dengan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen, Jokowi meminta adanya evaluasi untuk pembelajaran tatap muka, utamanya di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Sebagaimana diketahui angka positif Covid-19 pada peserta PTM di sekolah jumlahnya telah mencapai ratusan orang yang terdiri dari siswa dan tenaga kependidikan.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut belum tahu pasti soal kebutuhan perawatan pasien yang terjangkit Covid-19 varian Omicron di rumah sakit. Ini disebabkan, data kebutuhan perawatan pasien di rumah sakit setiap negara berbeda-beda.

Budi mengambil contoh Afrika Selatan. Jumlah pasien Omicron yang menjalani perawatan di rumah sakit pada negara tersebut jauh lebih rendah daripada Delta. Demikian juga di Inggris. Berbeda dengan Amerika Serikat persentase kasus aktif Omicron di bawah Delta. Namun, jumlah pasiem Omicron yang masuk rumah sakit lebih tinggi dari Delta.

“Di Prancis demikian juga. Secara persentase di bawah Delta, tapi secara nominal sama dengan Delta dan kasusnya masih naik,” ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin (31/1).

Karena itu, Budi mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap penularan Omicron. Dia mengingatkan untuk tidak jemawa dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Terutama, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. “Kalau bisa lakukan secara mobilitas di rumah, lebih baik dilakukan di sana. Karena kemungkinan kasusnya akan naik sampai akhir bulan (Februari 2022),” tegas beliau. [PAR]