Koran Sulindo – Polda Jawa Tengah menangkap penimbun masker kesehatan dan cairan antiseptik di Kota Semarang, hari ini. Sebelumnya, Polsek Tanjung Duren Jakarta Barat membongkar kasus penimbunan 350 kardus masker medis di sebuah apartemen di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, Selasa (3/2/2020).
Pengungkapan itu berawal dari informasi kelangkaan distribusi masker kesehatan di pasaran selama beberapa hari terakhir. “Petugas kemudian melakukan patroli siber di media sosial,” kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol. Iskandar F. Sutisna di Semarang, Rabu (4/4/2020).
Dari patroli siber tersebut, polisi menelusuri keberadaan sejumlah pihak yang diduga berkaitan dengan penimbunan barang tersebut.
Polisi menangkap dua orang dalam kasus ini. Yang pertama adalah penjual masker kesehatan berbagai merek bernama Arj Kurniawan warga Semarang Timur yang memperdagangkan komoditas kesehatan itu dalam jumlah besar melalui media sosial. Dari pengembangan, polisi menangkap satu pelaku lain bernama Merriyati warga Genuk, Kota Semarang yang diduga sebagai penimbun antiseptik kesehatan.
Polisi juga mengamankan barang bukti 8 boks masker kesehatan berbagai merek serta belasan kardus berisi cairan antispetik. Kedua pelaku dijerat dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Sementara dalam kasus di Jakarta, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan belum bisa membeberkan kronologi penangkapan.
“Besok ya kita ekspose,” kata Yusri.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menggerebek sebuah gudang yang dijadikan pabrik masker di Kawasan Pergudangan Central Cakung Blok i No.11 Jalan Raya Cakung Cilincing KM 3, Rorotan Cilincing Jakarta Utara. Pabrik tersebut digerebek lantaran memproduksi masker tanpa mengantongi sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tidak memiliki izin dari Kementerian Kesehatan.
Presiden Joko Widodo memerintah Kapolri Jenderal Polisi Idham Aziz menindak tegas para penimbun masker.
Baca juga: Presiden Peringatkan Para Spekulan Penimbun Masker
“Saya juga memerintahkan Kapolri menindak tegas pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum seperti ini yang menimbun masker dan menjualnya dengan harga yang sangat tinggi,” kata Presiden Jokowi, di Veranda Istana Merdeka Jakarta, Selasa 93/3/2020).
Presiden mengatakan stok masker di pasar dalam negeri kurang lebih mencapai 50 juta sehingga masyarakat diminta untuk tidak perlu panik.
Harga Masker Melambung Tinggi
Di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat, harga satu pak masker penyaring udara penutup mulut dan hidung, naik hingga Rp250.000 seusai pemerintah mengumumkan ditemukannya dua warga teridentifikasi virus Corona pada Senin 2 Maret 2020 lalu.
Stok masker di sejumlah apotek di kota Sorong telah habis terjual, kalaupun ada harganya sudah melambung tinggi tidak seperti hari-hari biasanya sebelum ada wabah virus Corona.
Seperti Apotek Nurfadila Jalan Baru Kota Sorong yang menjual satu pak berisikan 50 masker seharga Rp250.000 naik Rp135.000 dari harga sebelumnya Rp115.000. Apoteker Apotek Nurfadila. Idha, menjual satu pak berisikan 50 masker seharga Rp250.000 dan eceran satu masker seharga Rp5.000.
Sebelum wabah virus corona merebak harga masker eceran yang dijual di Kota Sorong tiga lembar lima ribu rupiah, sekarang satu masker telah mencapai lima ribu rupiah. Stok masker pada agen yang ada di Kota Sorong sejak Februari telah langka dan harganya yang dulu Rp30-40 ribu sudah naik Rp115.000, sehingga dijual Rp250.000.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berkali-kali menyampaikan bahwa penggunaan masker lebih ditujukan bagi orang yang sakit untuk mencegah terjadinya penularan dari batuk dan bersin. Sementara perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan pakai sabun lebih efektif mencegah penyakit ketimbang menggunakan masker.
Hambat Penanganan COVID-19
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kelangkaan masker dan peningkatan harga pada sejumlah alat pelindung diri tenaga medis yang bisa berdampak pada penanganan virus corona COVID-19. Masker dan berbagai alat pelindung diri yang saat ini menjadi langka dan harganya melonjak.
“Kekurangan ini membuat dokter, perawat dan petugas kesehatan garis depan lainnya tidak siap untuk merawat pasien COVID-19, karena terbatasnya akses ke persediaan seperti sarung tangan, masker medis, respirator, kacamata, pelindung wajah, baju isolasi, dan celemek. Kami tidak dapat menghentikan COVID-19 tanpa melindungi petugas kesehatan kami,” kata Tedros.
Saat ini harga masker bedah meningkat enam kali lipat, respirator N95 meningkat tiga kali lipat, dan baju isolasi atau operasi meningkat dua kali lipat. Sekarang ini juga sedang terjadi manipulasi harga di pasaran secara luas, dan tidak jarang stok tersebut dijual pada penawar tertinggi.
WHO saat ini telah mengirim hampir setengah juta perlengkapan APD ke 27 negara, namun persediaannya semakin menipis. WHO memperkirakan bahwa setiap bulan sebanyak 89 juta masker medis yang diperlukan untuk penanganan COVID-19, 76 juta sarung tangan pemeriksaan, dan 1,6 juta kacamata pelindung diri.
Secara global, WHO memperkirakan butuh peningkatan pasokan alat pelindung diri sebesar 40 persen.
WHO meminta kepada para produsen untuk meningkatkan produksi guna menjamin pasokan. Selain itu pemerintah tiap negara juga diminta untuk mengembangkan insentif bagi produsen untuk meningkatkan produksi. “Ini termasuk pelonggaran pembatasan ekspor dan distribusi peralatan pelindung pribadi dan persediaan medis lainnya,” kata Tedros. [redaksisulindo@gmail.com]