Koran Sulindo – “Negeri ini sedang tidak baik2 saja…. Persatuan terkoyak, ekonomi melemah, bencana silih berganti….” Demikian cakapan seorang tua sambil memandang rembulan di antara hampran bintang dalam kartun yang dibuat Mice. Di samping orang tua itu ada seorang bocah yang sedang menyanyikan lagu “Ibu Pertiwi”.
Kartun itu diunggah Mice di akun Twitter-nya, @mice_cartoon, pada Sabtu malam (6/10). Dalam kolom twit-nya, Mice juga menulis: “Tetap semangat! Tapi jangan menafikan masalah….”
Sebelumnya, pada 5 Oktober, dosen Universitas Indonesia yang juga pernah bekerja di beberapa kementerian, Ronnie Higuchi Rusli, lewat akun Twitter-nya, @Ronnie_Rusli, memprediksi Indonesia akan mengalami krisis moneter (krismon) pada tahun depan, 2019. “Catat yaa Tweep kata saya ini ‘krismon is comming next year 2019’ simpen dulu kalimat ini, buktikan tahun depan yaa,” demikian antara lain ditulis Ronnie.
Ia memang kerap menganalisis fenomena perekonomian di Indonesia, dengan dilengkapi sejumlah data. Juga kerap mengkritisi langkah-langkah yang diambil pemerintah, terutama yang dilakukan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam upaya meredam melemahnya mata uang rupiah di hadapan dolar Amerika Serikat dan sejumlah mata uang negara lain.
Prediksi Ronnie itu belum tentu tepat. Namun, tak dapat dimungkiri, gejala ke arah itu memang ada. Misalnya masih terus melemahnya nilai mata uang kita, yang telah menembus Rp 15 ribu per US$ 1.
Cadangan devisa Indonesia pun terus tergerus selama delapan bulan berturut-turut, tanpa jeda, sejak Februari 2018. Aras tertingginya terjadi pada Januari 2018, yang tergerus US$ 132 miliar.
Pada 5 Oktober 2018 lalu, Bank Indonesia juga mengumumkan cadangan devisa per akhir September 2018 sebesar US$ 114,8 miliar, merosot US$ 3,08 miliar dari sebulan sebelumnya yang US$ 117,9 miliar. Kendati demikian, menurut pihak Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia sekarang ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
“Posisi cadangan devisa Indonesia cukup tinggi sebesar USD 114,8 miliar pada akhir September 2018, lebih rendah dibandingkan dengan USD 117,9 miliar pada akhir Agustus 2018. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standard kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
“Penurunan cadangan devisa pada September 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.” Demikian tertera dalam informasi yang disampaikan pihak Bank Indonesia.