Ilustrasi: Wiranto, saat mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau penanganan bencana di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018)/polkam.go.id

Koran Sulindo – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengatakan masih sebanyak 152 orang tertimbun di reruntuhan bangunan hingga hari ini. Selain itu sebanyak 1.648 korban meninggal dan telah dimakamkan serta 683 orang hilang.

“Yang tertimbun setelah digali ketemu berarti perlu dimakamkan dan diidentifikasi dulu,” kata Wiranto, dalam konferensi pers di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Jumat (5/10/2018) malam, seperti dikutip antaranews.com.

Menurut Wiranto, korban luka-luka ditangani 5 rumah sakit yang beroperasi dengan dokter, ruang rawat inap dan obat-obatan yang cukup, hanya antibiotik yang perlu ditambah.

Sementara korban dengan luka parah dikirim ke Makassar atau Balikpapan.

Merapatnya kapal rumah sakit KRI Soeharso dengan kapasitas 100 tempat tidur dengan 150 dokter spesialis mampu menampung para korban yang tidak dapat ditangani di rumah sakit di Palu dan sekitarnya.

“Saya langsung melihat di dermaga Palu Kapal Soeharso sudah beroperasi. Yang luka-luka dapat ditangani,” kata Wiranto.

Adapun korban selamat selain berada di tempat pengungsian juga telah dipindahkan ke kota lain baik menggunakan jalur udara maupun laut.

Wiranto juga mengatakan kondisi 1 minggu setelah bencana gempa bumi disertai tsunami, Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, sudah berangsur pulih.

“Jadi saya kira urutan itu sudah kita lakukan dan orang-orang tidak boleh mengatakan bahwa ini terlambat, itu terlambat, tidak. Kenyataan dalam seminggu ini keadaan sudah berangsur-angsur pulih,” kata Wiranto, saat mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau penanganan bencana di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018), seperti dikutip polkam.go.id.

Menko Polhukam mengatakan saat ini Kementerian PUPR sedang mempercepat penyelesaian pembukaan jalan yang sempat tertutup. Kemudian, jaringan-jaringan listrik dan telekomunikasi sudah mulai aktif kembali.

“Tugas kita sekarang adalah menormalisasikan kehidupan masyarakat di sini. Kita harapkan warung-warung buka, toko-toko buka, kita sudah koordinasi, kita jaga nanti dengan pengamanan kalau takut buka,” kata Wiranto.

Gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter yang telah dimutakhirkan oleh BMKG menjadi 7,4 Skala Richter mengguncang wilayah Palu dan Donggala pada Jumat (28/9) pukul 17.02 WIB (Pukul 18.02 WITA). Pusat gempa berkedalaman 10 kilometer itu berada pada 27 kilometer Timur Laut Donggala.

Dalam 2 Tahun

Sementara itu Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan pemerintah pusat dan daerah bersama-sama instansi terkait dapat menuntaskan penanganan gempa di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah dalam tempo 2 tahun melalui 3 tahap.

Tahapan itu dimulai dari tahap tanggap darurat, kemudian tahap rehabilitasi, dan terakhir adalah tahap rekonstruksi.

Untuk tahap pertama, diperlukan waktu hingga enam bulan. Setelah itu pemerintah harus membuat barak-barak atau hunian sementara untuk seluruh warga yang kehilangan tempat tinggal.

Lalu tahap rehabilitasi atas seluruh bangunan yang rusak, dilanjutkan secara bersamaan dengan rekonstruksi bangunan dan infrastruktur yang ambruk dan rusak.

Menurut Wapres, penanganan bencana alam dan gelombang tsunami di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong, berbeda dengan yang terjadi di Lombok, NTB.

“Kalau di Lombok di daerah pedesaan yang kena, ini di perkotaan,” kata Kalla, usai memimpin rapat koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan instansi terkait di Kantor Gubernur Sulawesi Tengah di Palu, Jumat (5/10/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Pemerintah akan merelokasi bangunan yang rusak parah untuk dipindahkan ke daerah lain.

“Seperti yang di Balaroa, tak mungkin lagi dibangun di situ,” katanya.

Kawasan itu sudah ambles dari permukaan tanah karena pergerakan tanah pada saat gempa Bumi terjadi, Jumat lalu (28/9/2018).

Setelah meninjau langsung di Palu, Kalla dan rombongan lepas landas dari Bandara SIS Al-Jufri, di Palu, menuju Donggala, menggunakan helikopter. [DAS]