Koran Sulindo – Niat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membongkar jembatan penyeberangan orang Bundaran Hotel Indonesia (HI) berimbas pada penutupan jalan dan memicu kemacetan parah lalu lintas di wilayah itu.

Kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri Irjen (Pol) Royke Lumowa mengaku tak mengetahui mengapa jembatan di ruas barat Jalan MH Thamrin itu dirobohkan oleh Pemprov DKI.

“Saya tidak tahu kenapa itu dirobohkan. Berhubung sudah dirobohkan hanya di sini yang ada hambatan menuju Patung Kuda,” kata dia di Jakarta, Selasa (31/7).

Royke menganggap Pemprov DKI terlalu terburu-buru pembongkaran tersebut, sehingga memicu kemacetan di jalan mulai dari Jembatan Sudirman di atas Kanal Banjir Barat hingga bundaran HI.

Mengantisipasi kemacetan, Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Polda Metro Jaya sebenarnya sudah memberlakukan merekayasa lalu lintas di kawasan Bundaran HI yang diberlakukan sejak 30 Juli hingga 2 Agustus mendatang.

Sebagai ganti JPO tersebut, Pemprov DKI tengah menyiapkan pelican crossing  yang dijaga petugas selama 24 jam untuk memudahkan pejalan kaki dan penyandang disabilitas menyeberang.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut JPO di dekat Bundaran HI dirobohkan untuk memberikan kemudahan bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus seperti ibu mengandung, orang tua atau penyandang cacat.

Anies menambahkan Pemprov DKI berencana membuat dua tempat untuk penyeberangan orang, satu di sisi utara Jalan Thamrin dan sebuah lagi di ujung selatan selatan.

Selain itu, JPO dibongkar agar tak menganggu pandangan patung selamat datang untuk menyambut peserta Asian Games.

“JPO itu diturunkan termasuk alasan estetika juga, bahwa patung selamat datang yang ada di Bundaran HI dibangun untuk menyambut peserta Asian Games tahun 62,” kata Anies.

“Nggak terlihat patungnya karena itu JPO dihilangkan. dari situ nanti kita akan punya pandangan bebas hambatan ke sisi selatan.”

Lebih lanjut Anies menambahkan pelican cross akan dipergunakan sementar hingga penyeberangan bawah tanah selesai dikerjakan.

Konsep pelican crossing sejatinya mirip dengan zebra cross yang sebelumnya sudah dikenal masyarakat Indonesia. Bedanya dibanding zebra cross, pelican crossing dilengkapi dengan tombol untuk menghidupkan lampu merah.

Penyeberang model ini dianggap lebih memberikan keleluasaan bagi warga yang ingin menyeberang jalan. Selain pelican crossing memang lebih murah dibandingkan JPO atau terowongan.

Masalah paling utama dari penyeberangan model ini adalah budaya disiplin di Indonesia yang dianggap lebih rendah dibanding negara maju. Banyak pengendara yang tak taat dan menerobos meski sudah diberikan tanda berhenti lewat lampu merah. (SAE/TGU]