Koran Sulindo – Presiden Suriah Bashar al-Assad berencana menggelar kunjungan kenegaraan ke Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
Kantor berita resmi Pyongyang KCNA mengatakan di Pyongyang, Assad bakal menemui pemimpin DPRK, Kim Jong-un.
Laporan KCNA menyebut Assad mengatakan ingin mengunjungi Pyongyang saat menerima mandate duta besar DPRK Mun Jong-nam di Damaskus, 30 Mei yang lalu.
“Saya akan mengunjungi DPRK dan bertemu dengan Kim Jong Un,” kata Assad seperti dikutip KCNA.
Dalam laporan itu KCNA menyebut Assad meyakini Jong-un bakal “mencapai kemenangan akhir dan mewujudkan reunifikasi Korea.”
Sejauh ini belum ada tanggal pasti untuk kunjungan tersebut.
Laporan Rodong Sinmun menyebut, Assad dalam pidatonya mengatakan bahwa dasar hubungan persahabatan antara Damaskus dan Pyongyang dibangun oleh mantan pemimpin Suriah, Hafez Assad dan Kim Jong-il, ayah Jong-un.
Surat kabar itu juga menyatakan, Assad berjanji bakal terus mendukung sikap politik DPRK dan meningkatkan hubungan persahabatan antara kedua negara.
Ia menyebut, dua negara memiliki persamaan utama yakni sama-sama mendapat tekanan dari Amerika akibat pengembangan senjata khususnya senjata nuklir.
“Untuk waktu yang lama Suriah dan DPRK telah mengalami tekanan oleh AS, khususnya pada isu-isu pengembangan senjata,” kata Rodong Sinmun mengutip pernyataan Assad
DPRK menjalin hubungan diplomatik dengan Suriah sejak tahun 1966 dan mengirim pasukan dan senjata selama perang Arab-Israel pada Oktober 1973.
Jika kunjungan itu benar-benar terealisasi, Assad bakal menjadi kepala negara pertama yang bakal dijamu Kim Jong-un sejak ia pertama kali mengambil alih kekuasaan tahun 2011.
Jong-un banyak menggelar kegiatan diplomatik baru-baru ini termasuk bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Ia juga diperkirakan bakal menghadiri pertemuan puncak dengan Donald Trump akhir bulan ini. Jong-un juga direncanakan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tahun ini.
Assad dan Jong-un menjadi sedikit dari pemimpin negara di dunia yang terang-terangan menantang dominasi Amerika. Di dalam negeri dengan bantuan Rusia dan Iran, Assad berhasil mempertahankan wilayahnya dari pemberontakan yang didukung negara-negara Barat.(TGU)