Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, melakukan pertemuan dengan Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, di Istana Kepresidenan Korea di Seoul, Rabu pagi waktu setempat (11/5). (ANTARA/HO-PDI Perjuangan)
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, melakukan pertemuan dengan Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, di Istana Kepresidenan Korea di Seoul, Rabu pagi waktu setempat (11/5). (ANTARA/HO-PDI Perjuangan)

Kehadiran Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri ke Korea Selatan menjadi hal yang istimewa bagi bangsa itu. Serangkaian penghormatan dan sambutan telah disiapkan jauh hari untuk ketua umum PDI Perjuangan itu.

Pada hari Selasa (10/5) Megawati secara khusus menghadiri langsung prosesi pelantikan Presiden Korea Selatan (Korsel) yang baru, Yoon Suk Yeol. Megawati duduk di deretan kursi bagian depan bersama Wakil Presiden Tiongkok Wang Qishan, Presiden Singapura Halimah Yacob, Presiden Afrika Tengah Faustin-Archange Touadéra, Mantan PM Jepang Yukio Hatoyama, serta Douglas Emhoff, suami Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris.

Saat memasuki lokasi pelantikan, Megawati disambut sekitar 40 ribu warga dan pejabat Korsel yang mengikuti langsung prosesi pelantikan di halaman gedung parlemen. Megawati melambaikan tangan membalas sambutan hangat dari warga korea.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam pidatonya juga tak lupa memberikan penghormatan dan ucapan terima kasih kepada Megawati.

“Saya juga sangat berterima kasih kepada Yang Mulia Ibu Diah Permata Megawati Soekarnoputri yang datang dari luar negeri untuk merayakan kesempatan ini, dan tamu-tamu terhormat lainnya atas kehadiran mereka,” kata Presiden Yoon.

Usai menghadiri prosesi pelantikan Yoon Suk Yeol, Megawati bertemu Presiden Yoon di Istana Kepresidenan Korea di Kota Seoul, pada Rabu (11/5) pagi waktu setempat.

Yoon mengatakan bahwa Megawati telah lama menjalin tali silaturahim yang sangat erat dengan Korsel. Dan dirinya berharap agar Megawati senantiasa berkenan memberikan perhatian dan dukungan kepada Korsel.

Peran dalam perdamaian korea

Presiden RI Kelima, Megawati Soekarnoputri juga menerima perwakilan Pemerintah dan Parlemen Korea Selatan (Korsel). Hal itu dilakukan di sela-sela kegiatan kunjungan ke Seoul.

Pertemuan tersebut dilakukan di Hotel Lotte Seoul pada Selasa (10/5/2022). Megawati hadir didampingi oleh Bendahara Umum DPP PDIP Olly Dondokambey dan Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri. Tampak Dubes RI untuk Korsel Gandi Sulistiyanto ikut di dalam pertemuan.

Sementara, pihak Korsel diwakili Dr Byong-Joon Kim, Sekretaris Presiden Korsel, Mr Kim Seok-Ki yang merupakan salah satu Ketua People Power Party, partai berkuasa di Korsel, Prof Yong – Sang Chung, CEO Korea Peace Energy Center, serta Prof. Kim Suil, Penasihat Presiden Korsel.

Usai pertemuan Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri menyampaikan, materi yang dibahas terkait penguatan dan pengembangan kerja sama saling menguntungkan dan menghormati antar kedua negara. Khususnya di bidang ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, research and development (R&D), hankam, dan politik.

Adapun materi utama yang jadi pembahasan adalah mengenai hubungan Korsel dan Korea Utara (Korut) usai dilantiknya Presiden Yoon Suk Yeol.

“Wakil Ketua DPR dan Sekretaris Presiden Korsel atas nama Pemerintah Korsel di bawah Presiden Yoon meminta Ibu Megawati Soekarnoputri tetap membantu atau menjadi utusan khusus untuk membuat perdamaian abadi dua Korea,” kata Rokhmin.

Dalam pertemuan tersebut, Rokhmin mengungkapkan, Megawati bersedia menerima permintaan tersebut dengan senang hati.

Di dalam pertemuan itu, Kim Seok Ki menyampaikan, Pemerintah dan Rakyat Korsel yang paham sejarah, memandang Megawati merupakan tokoh penting.

“Bahwa Ibu Megawati adalah tokoh dunia yang mampu untuk memfasilitasi tercapainya perdamaian permanen antar kedua Korea dalam waktu tidak terlalu lama,” katanya.

Megawati juga menjadi sosok yang bisa diterima oleh Korea Utara (Republik Rakyat Korea) termasuk para pemimpin mereka seperti Kim Il Sung, Kim Yong Nam dan Kim Jong Il.

Kim Jong Il dan Megawati pertama kali bertemu di Indonesia pada tahun 1965 saat mendampingi Kim Il Sung yang sedang berkunjung dalam kerangka gerakan nonblok. Sebagai mahasiswa waktu itu, Megawati memberikan bunga kepada Kim Il Sung, dan Kim Jong Il menyaksikannya melakukan tarian etnis tradisional di sebuah jamuan makan.

Kemudian Megawati Soekarnoputri juga melakukan kunjungan resmi ke Korea Utara dari tanggal 28 hingga 30 Maret 2002. Megawati hadir di Pyongyang untuk bertemu Kim Jong Il.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk lebih memperkuat hubungan bilateral tradisional yang dijalin oleh para pemimpin kedua negara sebelumnya – Soekarno, ayah Megawati, dan Kim Il Sung – juga untuk membantu mempromosikan proses perdamaian dan rekonsiliasi berdasarkan perjanjian antar dua negara Korea.

Gelar kehormatan

Penghargaan dari bangsa Korea juga diberikan dalam bentuk pemberian gelar profesor kehormatan. Institut Seni Seoul telah menunjuk Megawati sebagai profesor kehormatan, dengan harapan dapat mendorong pertukaran budaya antara Korea dan Indonesia.

Pemberian gelar kehormatan itu dilangsungkan dalam upacara di kampus Seoul Institute of the Art, di Ansan, Provinsi Gyeonggi, Rabu. Acara itu dihadiri juga oleh Presiden institut Lee Nam-sik.

Megawati dikenal oleh bangsa Korea sebagai politisi dunia yang menjabat sebagai presiden Indonesia dari 2001 hingga 2004 dan wakil presiden dari 1999 hingga 2001. Mereka melabeli Megawati sebagai presiden wanita pertama di sebuah negeri besar Indonesia dan dikenal sebagai putri sulung dari presiden pertama Indonesia, Sukarno.

Sebelumnya, Institut Kesenian Seoul juga telah melakukan upaya untuk membuka jalan untuk memperkuat hubungan melalui Nota Kesepahaman dengan Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2015. Selain itu kerja sama juga dilakukan dengan Asosiasi Korea Kajian Budaya Indonesia & Korea, Telkom University dan Institut Teknologi Bandung.

Lembaga itu memiliki keinginan untuk memperluas pertukaran budaya antara Korea dan Indonesia. Menurut lembaga seni tersebut, Megawati telah memainkan peran penting dalam mendukung ikatan antara kedua negara. [DES]