Koran Sulindo – Polisi memastikan kasus penganiayaan yang menimpa Uyu Ruhyana, marbut Masjid Agung Pameungpeuk, Kabupatan Garut adalah hasil rekayasa. Korban mengaku rekayasa tersebut dilatarbelakangi faktor ekonomi.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jabar Kombes Umar Surya Fana menyebut kabar penganiayaan tersebut merupakan berita bohong atau hoaks.

“Pengakuan korban mengaku dibacok oleh pelaku sebanyak lima orang, tapi tidak ditemukan adanya luka sedikit pun pada tubuh korban,” kata Umar. “Pada baju ditemukan robekan dengan sengaja, bukan akibat dari benda tajam.”

Umar menceritakan kronologi rekayasa penganiayaan itu bermula ketika seorang saksi bernama Agus dan istrinya, Dedeh yang hendak melaksanakan shalat Subuh, Rabu (28/2) menemukan masjid dalam keadaan gelap.

Ketika lampu kemudian dinyalakan, pasangan suami istri itu menemukan Uyu dalam keadaan terikat oleh mukena dengan mulut disumpal sorban dan kaki yang juga terikat mukena. Dibantu warga masyarakat setempat, korban akhirnya dibawa Puskesmas Pemeunpeuk untuk mendapatkan perawatan.

Menindaklanjut laporan tersebut polisi mendatangi lokasi penganiayaan itu dan melakukan pra-rekontruksi di tempat kejadian perkara namun tak menemukan luka pada tubuh korban.

“Saya merekayasa kejadian tersebut seolah-olah ada yang menganiaya. Padahal itu rekayasa saya sendiri,” kata Uyu di Mapolda Jawa Barat, Kamis 1 Maret 2018 seperti dilansir situs pikiran-rakyat.com.

Ide berpura-pura menjadi korban penganiayaan didapat Uyu setelah mengetahui maraknya kasus penganiayaan tokoh agama oleh kalangan tertentu.

Uyu berharap dengan rekayasanya tersebut honornya yang diterima Rp 125 ribu sebulan itu berubah. Ia juga mengaku tak berpikir panjang bahwa tindakannya justru merembet masalah-masalah hukum.

“Dulu saya dijanjikan akan diberi warung kecil-kecilan. Tapi setelah lima tahun mengabdi belum dikasih juga. Jadi saya bingung untuk menutupi kebutuhan hidup,” kata Uyu yang mengaku menyesal atas perbuatannya.

Ia menyebut bersedia kembali menjadi marbut masjid kalau diizinkan oleh pengurus. “Ini murni kesalahan saya. Saya berjanji tak akan mengulanginya lagi. Saya malu dan menyesal,” kata Uyu.

Kisah penganiayaan yang menimpa Uyu sempat ramai di media sosial dan beberapa aplikasi percakapan. Dalam perbincangan itu Uyu disebut sebagai korban penganiayaan yang dilakukan orang yang tidak dikenal. Beberapa bahkan menduga peristiwa itu terkait dengan kebangkitan PKI. [TGU]