Koran Sulindo – Keluarga yang tinggal di Keraton Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta sejak dulu banyak yang memanfaatkan buah kepel (Stelechocarpus burahol) sebagai deodoran, pengharum napas, dan pengharum air seni. Ternyata, setelah diteliti Asni Amin, M.Farm., Apt., ekstrak buah kepel memang dapat menjadi menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis dan F. Nucleatum, yang menjadi biang kerok terjadinya bau mulu.
“Dari hasil penelitian terbukti ekstrak buah kepel memiliki manfaat antibakteri penyebab bau mulut, dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri P. gingivalis dan F. nucleatum,” kata Asni dalam pada sidang promosi doktor di Ruang Sidang Besar Gedung Profesi dan Pascasarjana Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis lalu (25/1). Berkat penelitiannya atas buah kepel, Asni Amin berhak mencantumkan gelar doktor di depan namanya.
Ekstrak buah kepel juga, kata Asni Amin lagi, dapat menyerap bau mulut dengan menurunkan nilai metil merkaptan dan dimetil sulfida penyebab bau mulut. Berdasarkan data bioaktivitas, buah kepel juga memiliki aktivitas antioksidan serta dapat memperbaiki kualitas sperma pada objyk kelinci.
Sayangnya, pohon kepel kini sudah semakin langka di Tanah Air. Juga belum ada yang membudidayakan.
Keingintahuan tentang mekanisme aksi senyawa dalam buah kepel yang Menurut sebuah penelitian, permasalahan bau mulut tak sedap diidap sekitar 30% populasi dunia. Umumnya, metoda yang banyak dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mekanis, yakni dengan cara penyikatan lidah dan gigi. Ada juga yang secara kimiawi, melalui obat kumur, pasta gigi, tablet isap, atau mouthspray.
Sekarang ini telah berkembang pula penggunaan bahan aktif dari tanaman sebagai alternatif penghilang bau mulut, misalnya penggunaan daun sirih, teh, cengkih, dan kemangi. Sebentar lagi mungkin buah kepel akan segera populer untuk menghilang bau mulut tak sedap. [RAF]