Miryam S Haryani

Koran Sulindo – Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menganggap cerita kebohongan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal kasus dugaan korupsi proyek KTP-el harus dibongkar, bahwa anggota DPR menekan Miryam S Haryani. Menurutnya, video tersebut sudah diedit.

“Fiksi KPK ini harus dibongkar, katanya anggota DPR menekan Miryam. Kemarin kita menunggu, mudah-mudahan ada video yang jelas menunjukkan ada tekanan terhadap Miryam. Ternyata tidak ada dan sudah diedit, gambarnya pun kabur, dia bilang tidak dengar,” ujar Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (15/8).

Mantan politikus Parta Keadilan Sejahtera ini imempertanyakan bagaimana sebuah kantor yang gagah itu dibiayai mahal tapi kinerjanya belum maksimal. “Itu kan bukan hasil sadapan tapi CCTV resmi lembaga. Sehingga, bagaimana memeriksa orang dengan CCTV resmi kenapa bisa kabur,” ujarnya.

“Anaknya, KPK itu kerjanya selalu menyerang anggota DPR RI supaya kredibilitasnya hancur. Ini yang sekarang terjadi,” imbuhnya.

Ia melanjutkan, di situ ada kalimat-kalimat Miryam sampai mengulang bukan Bambang Soesatyo (Ketua Komisi III DPR) sampai lima kali kalau tidak salah. “Kalau sampai lima kali, dugaan saya Miryam dipaksa penyidik supaya menyebut nama Bamsoet,” paparnya.

Selain itu, belum lagi bicara soal Johannes Marliem saksi kasus korupsi KTP-el yang tewas di Amerika Serikat. Terlebih, Fahri belum mendengar KPK tidak pernah berhubungan otoritas Indonesia di luar negeri terkait Johannes.

“Ini main belakang semua dan harus diinvestigasi cara kerja lembaga negara menghancurkan lembaga lainnya,” kata Fahri.

Terpisah, Ketua Komisi III DPR, Bambang Soesatyo menuding alur rekaman Miryam S Haryani yang diputar di persidangan Pengadilan Tipikor dibuat oleh pihak penyidik atau penuntut. Karena menurut dia, ada banyak kalimat pertanyaan penyidik.

“Sifatnya mengarahkan tidak diketik, tidak mungkin ada jawaban dari Miryam dengan kalimat ‘tidak ada Bamsoet pak, tidak ada Bamsoet Pak’. Kalau tidak ada pertanyaan dari penyidik,” ujarnya.

Bamsoet, sapaan politikus Partai Golkar itu menyebut kualitas rekaman KPK sangat jelek mutunya. Bahkan, banyak percakapan yang tidak terdengar secara jelas. Terlebih, kalimat-kalimat yang menyebut nama anggota Komisi III bukan dari mulut Miryam tapi kalimat cerita dari penyidik Novel Baswedan ke penyidik Ambarita Damanik yang terekam.

“Anehnya, masa sih kualitas rekaman KPK jelek mutunya,” katanya.

Bamsoet kembali menegaskan kalau transkrip terebut jelas sengaja dibuat tidak secara lengkap dan akurat dari rekaman yang ada. Kemudian kelihatan rekamannya seperti sudah diedit karena squence pembicaraan yang ada dalam transkip itu yang loncat-loncat dan kalimat tidak nyambung.

“Kira-kira ada niat untuk membawa ke jalur hukum, kah pak? Misalnya atas dugaan pencemaran nama baik. Terlebih rekaman ini kan diputar di pengadilan sehingga jadi ramai kembali,” jelas dia.

Kemudian, Bamsoet meragukan Miryam yang menyebut nama-nama sejumlah anggota Komisi III. Bahkan, nama-nama tersebut justru muncul dalam rekaman yang ditayangkan di pengadilan kemarin keluar dari cerita atau mulut penyidik yang satu ke penyidik lainnya dalam ruang pemeriksaan KPK saat Miryam di BAP.

“Jadi bukan langsung dari Miryam. Bahkan, kita juga menyaksikan tanggapan Miryam yang menolak atas rekaman CCTV yang ditayangkan tersebut dan tetap pada pendiriannya semula bahwa yang menekan dia adalah penyidik KPK,” katanya.

Kemudian, hal yang sama juga dilakukan Miryam dengan membuat surat pernyataan di atas materai bahwa tidak ada tekanan dari komisi III DPR.

Sejauh ini percakapan yang terekam saat pemeriksaan Miryam S Haryani inilah yang menjadi pangkal perseteruan DPR dan KPK terkait dugaan tekanan yang dilakukan sejumlah anggota Komisi III DPR ke Miryam S Haryani. Sejumlah nama yang disebut dalam rekaman tersebut meragukan keaslian rekaman tersebut. [CHA]