Ilustrasi: Suasana pelantikan Panut Mulyono sebagai Rektor UGM/YUK

Koran Sulindo – Ketua Majelis Wali Amanat UGM Prof.Dr. Pratikno, M.Soc.,Sc., secara resmi melantik Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., sebagai rektor UGM yang baru menggantikan Prof. Dr. Dwikorita Karnawati, di Balai Senat UGM, Jumat (26/5).

Dalam pidatonya, Panut berjanji akan membawa UGM ke tahap tugas peradaban yang berkonteks menjadi pemandu peradaban baru Indonesia berlandaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Menurut Panut ada 4 ruang lingkup yang harus dimasuki UGM yakni internal kampus (jagad alit), lingkup Yogyakarta (jagad tengah), lingkup Indonesia (jagad ageng) dan lingkup global (jagad njaba).

“UGM harus bisa menjangkau 4 jagad tersebut untuk membangun kemuliaan kehidupan dan penghidupan manusia serta kemuliaan alam,” katanya.

Pada kesempatan itu Panut juga menandatangi pakta integritas kepemimpinan yang isinya: Tidak akan melakukan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), tidak pernah dan tidak akan melakukan plagiarisme, tidak akan memberi atau menjanjikan, memberi secara langsung atau tidak langsung berupa suap, hadiah, bantuan, atau bentuk lainnya yang diketahui atau patut diduga bahwa yang meminta, atau yang akan diberi mempunyai hal yang bersangkutan atau mungkin berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya mengatasnamakan institusi. Pun juga tidak akan melakukan kegiatan pribadi dengan dan akan melaporkan seluruh kegiatan yang menggunakan nama institusi sesuai peraturan yang berlaku di UGM.

“Atas pelanggaran janji yang saya nyatakan dalam pakta integritas ini, saya bersedia dikenakan sanksi moral, sanksi administrasi serta tuntutan ganti rugi dan pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Panut.

Sementara itu Pratikno yang kini juga  menjabat sebagai Mensesneg, mengatakan rektor baru mempunyai tugas berat khususnya mewujudkan UGM yang dengan jelas menyatakan diri sebagai universitas Pancasila.

“Salah satu tantangan ke depan meneguhkan lagi Pancasila sebagai nilai luhur dan paradigma yang diimplementasikan dalam setiap kegiatannya meliputi penelitian, pendidikan, serta pengabdian masyarakat,” kata Pratikno.

Sedangkan Dwikorita mengingatkan bahwasanya kehadiran UGM diharapkan tetap sebagai universitas pengawal bangsa Indonesia agar tetap tangguh hingga berabad-abad ke depan. Karena itu Dwikorita meminta semua pihak belajar dari Irak yang runtuh akibat perbedaan pandangan.

“Lewat spirit Pancasila yang tertuang di Statuta UGM, saat ini harus dipraktekan dengan penjabaran semangat socio-enterpreneur mewujudkan perdaban yang lebih maju dan mulia,” kata Dwikorita. [YUK]