Pada tanggal 6 Juni 1944, lebih dari 156.000 tentara Amerika, Inggris dan Kanada melakukan pendaratan amfibi terbesar dalam sejarah. Ini dikenal sebagai D-Day, dengan nama sandi Operasi Overlord.
D-Day lebih dari sekadar operasi militer. Di balik penyerbuan pantai dan pertempuran, terdapat serangkaian inovasi brilian yang membuat hal yang mustahil menjadi mungkin.
Berikut ini adalah 7 inovasi cerdas yang digunakan selama D-Day, dikutip dari dari Imperial War Museums.
1. Mesin Prediksi Pasang Surut
Kondisi cuaca, bulan, dan pasang surut merupakan faktor krusial saat merencanakan invasi Juni 1944 ke Eropa barat laut.
Operasi udara membutuhkan langit cerah dan bulan purnama agar jarak pandang bagus, operasi angkatan laut membutuhkan laut yang tenang, dan pasukan darat harus mendarat saat air surut, saat rintangan Jerman di pantai terlihat dan lebih mudah dinonaktifkan.
D-Day membutuhkan kombinasi terbaik dari semua faktor ini dan Sekutu berkonsultasi dengan sejumlah ahli meteorologi dan pakar lain saat merencanakan invasi.
Pada tahun 1942, matematikawan Inggris Arthur Thomas Doodson mulai mengerjakan model mesin prediksi pasang surut yang sudah ada—pada dasarnya kalkulator mekanis yang dapat mengungkap pola pasang surut.
Pada tahun 1944, dengan menggunakan mesinnya yang dimodifikasi khusus, Doodson mengidentifikasi waktu yang tepat untuk pendaratan (H-Hour) dan D-Day harus jatuh antara tanggal 5 dan 7 Juni.
2. Kapal Pendarat
Ribuan kapal pendarat digunakan untuk mengangkut orang dan peralatan melintasi Selat Inggris pada D-Day.
Banyak jenis kapal yang digunakan. Mulai dari Assault Landing Craft yang kecil hingga Landing Ship yang besar.
Kapal pendarat lainnya dilengkapi dengan senjata atau roket. Bahkan ada ‘Landing Barge, Kitchen’ untuk menyiapkan makanan bagi pasukan.
Penggunaan kapal pendarat berarti Sekutu dapat mendaratkan pasukan dan peralatan berat, seperti tank, di pantai yang dijaga ketat yang sebelumnya tidak dimaksudkan untuk menerima pasokan.
Karena peralatan dapat dibawa langsung ke pantai, kapal pendarat juga merupakan solusi jangka pendek untuk masalah pengamanan pelabuhan yang dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah manusia dan materiil dengan cepat.
Meskipun pengembangan kapal pendarat khusus dimulai pada awal perang, baru pada D-Day mereka digunakan dalam skala seperti itu.
3. Pesawat Layang Horsa
Pesawat layang Horsa pertama kali diproduksi pada tahun 1942 dan berkontribusi secara signifikan terhadap serangan udara sepanjang bagian akhir Perang Dunia 2.
Selama D-Day, glider ini digunakan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengangkut pasukan dan perbekalan ke Normandia.
Mereka ditarik oleh pesawat angkut atau pembom sebelum meluncur ke zona pendaratan, tempat perbekalan dapat diambil.
Glider mengangkut peralatan yang lebih berat yang tidak dapat dikirim melalui terjunan parasut atau ketika menggunakan pesawat angkut yang lebih besar tidak memungkinkan.
Hidung berengsel dan bagian ekor yang dapat dilepas memungkinkan kargo diturunkan dengan relatif mudah tanpa merusak keseluruhan struktur.
Tetapi pesawat layang ini tipis—sebagian besar terbuat dari kayu dan kain—dan sulit dioperasikan.
Pesawat-pesawat ini sering kali hancur berkeping-keping saat mendarat, terutama selama pendaratan darurat.
4. ‘Hobart’s Funnies’ dan AVRE
Kendaraan-kendaraan yang tidak biasa ini memainkan peran penting pada D-Day dan sepanjang Pertempuran Normandia.
Serangan yang gagal di Dieppe pada bulan Agustus 1942 memperlihatkan betapa sulitnya mendaratkan kendaraan lapis baja selama invasi amfibi dan menerobos pertahanan pantai Jerman dengan dukungan yang tidak memadai.
Akibatnya, kendaraan lapis baja dirancang untuk melakukan tugas-tugas spesialis dan memperkuat pasukan darat pada D-Day.
Kendaraan-kendaraan ini dijuluki ‘Hobart’s Funnies’ sesuai nama penemunya, Mayor Jenderal Sir Percy Hobart.
Kendaraan-kendaraan ini termasuk tank ‘renang’ Duplex Drive (DD); tank penyembur api ‘Crocodile’, dan tank flail pembersih ranjau ‘Crab’.
Meskipun Funnies telah digunakan dalam simulasi dan latihan, mereka belum diuji dalam pertempuran sampai D-Day.
Kendaraan modifikasi yang dikenal sebagai AVRE (Armoured Vehicle Royal Engineer) dibuat dengan menambahkan perangkat khusus ke tank.
Salah satu contohnya, tangki pelapis karpet ‘bobbin’, membentangkan tikar yang diperkuat di pantai berpasir sehingga kendaraan lain dapat melaju di permukaan yang lembut.
5. Pelabuhan Mulberry
Setelah D-Day, Sekutu perlu terus membangun bala bantuan berupa pasukan dan perbekalan di Normandia untuk mempertahankan momentum invasi.
Pengalaman sebelumnya mengajarkan Sekutu pelajaran yang sulit tetapi penting tentang perlunya mengamankan pelabuhan—pelabuhan untuk memberikan perlindungan dari cuaca buruk dan laut yang ganas, dan pelabuhan untuk menyediakan tempat bagi kapal pengangkut pasukan dan kargo.
Para perencana yang bertanggung jawab atas ‘Overlord’ mengusulkan pengerjaan dua pelabuhan buatan—dengan nama sandi ‘Mulberries’—dengan menenggelamkan kapal-kapal yang sudah ketinggalan zaman (‘Corncobs’) dan bangunan beton besar (‘Phoenixes’).
Menambahkan jalan raya dan dermaga terapung (dengan nama sandi ‘Whales’) akan memungkinkan mereka untuk menggunakan pangkalan pantai sebagai pelabuhan darurat.
6. Pluto
PLUTO—kependekan dari ‘pipeline under the ocean’ —memasok bensin dari Inggris ke Eropa melalui jaringan pipa fleksibel bawah laut.
Jaringan pipa bawah laut ini memberi pasukan Sekutu akses ke bensin yang cukup untuk mengisi bahan bakar pesawat dan kendaraan serta mempertahankan momentum kemajuan mereka.
Dua pipa PLUTO membentang dari Isle of Wight ke Port-en-Bessin—titik penghubung antara pantai Omaha dan pantai Gold.
Pipa lain ditambahkan kemudian, membentang dari Dungeness di pantai Kent ke Boulogne di Prancis, dan jaringan PLUTO terus berkembang saat Sekutu maju melintasi Eropa.
Pipa selebar 3 inci itu dililitkan di sekitar kumparan terapung raksasa yang disebut ‘conundrums’ dan kemudian digulung melintasi Selat.
7. Pertahanan Jerman
Ketika Marsekal Lapangan Erwin Rommel ditugaskan untuk memimpin pertahanan Jerman di Normandia, ia percaya bahwa invasi apa pun akan terjadi saat air pasang, saat pangkalan pantai berada pada titik tersempitnya dan pasukan akan rentan terhadap tembakan Jerman untuk waktu yang sangat singkat.
Oleh karena itu, ia merancang serangkaian rintangan yang disesuaikan untuk digunakan di bawah air yang akan sepenuhnya tersembunyi selama air pasang tengah dan pasang tinggi.
Tepian besi bergerigi yang mirip landak dapat merobek bagian bawah kapal pendarat. Beberapa dipasangi bahan peledak yang akan meledak saat terjadi benturan.
Ranjau darat bundar dan datar (disebut ‘ranjau teller’, yang diambil dari kata dalam bahasa Jerman untuk ‘pelat’) dipasang pada tiang kayu yang terjepit di pasir dan akan meledak saat bersentuhan dengan kapal pendarat.
Di pedalaman, Rommel juga merancang jaringan tiang besar yang dipasang vertikal ke tanah untuk mencegah pesawat layang mendarat di area terbuka. Pertahanan ini dijuluki ‘Asparagus Rommel’.
Itulah 7 inovasi cerdas yang digunakan selama D-Day. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk pendaratan yang salah dan pertentangan sengit, pasukan Sekutu berhasil membangun pangkalan pantai penting di Normandia. [BP]