Vladimir Lenin.(britannica.com)

Sejarah mencatat, perubahan besar kerap dimulai dari kegelisahan seorang individu terhadap ketidakadilan yang berlangsung di sekitarnya. Di tengah kemapanan Kekaisaran Rusia yang feodal, muncul seorang pemuda dari kota kecil di tepian Sungai Volga yang kelak mengguncang tatanan dunia: Vladimir Ilich Ulyanov, atau yang lebih dikenal dengan nama Lenin.

Lahir dari keluarga terpelajar, Lenin tidak tumbuh di medan perang atau di gelanggang politik. Justru dari ruang-ruang belajar dan bacaan, ia mulai mempertanyakan struktur sosial yang timpang di tanah kelahirannya. Pandangannya terbentuk tidak hanya dari teori-teori filsafat dan sosialisme, tetapi juga dari pengalaman pribadi yang traumatis, terutama ketika sang kakak dieksekusi karena aktivitas revolusioner.

Lenin bukan satu-satunya tokoh yang bermimpi tentang perubahan. Namun, dialah yang mampu menjadikan mimpi itu kenyataan. Ia tidak hanya menjadi otak di balik Revolusi Oktober 1917, tetapi juga menjadi pemimpin pertama Uni Soviet, sebuah negara baru yang berdiri di atas puing-puing Kekaisaran Rusia.

Perjalanan Lenin menuju puncak kekuasaan bukanlah kisah yang sederhana. Ada pengasingan, perlawanan, perang saudara, hingga intrik politik yang membayangi setiap langkahnya. Namun, di balik semua itu, terdapat gagasan besar yang mendorongnya: membangun masyarakat tanpa kelas melalui kediktatoran proletariat.

Siapa sebenarnya Lenin? Bagaimana ia membentuk jalannya revolusi dan mewariskan ideologi yang masih menjadi bahan perdebatan hingga kini? Artikel ini mengulas jejak hidup salah satu tokoh revolusioner paling berpengaruh di abad ke-20 yang dilansir dari laman BBC.

Vladimir Ilich Ulyanov barangkali bukan nama yang langsung akrab di telinga banyak orang. Tapi sebut saja Lenin, dunia akan mengenalnya sebagai pemimpin revolusi yang mengguncang Rusia pada 1917, dan pendiri negara adidaya yang kelak dikenal sebagai Uni Soviet.

Kisah hidup Lenin adalah kisah tentang keyakinan ideologis yang begitu kuat, hingga mengguncang tatanan kekuasaan berusia ratusan tahun.

Anak Sungai Volga yang Tumbuh Jadi Pemberontak

Lenin lahir di Simbirsk—kota kecil di tepian Sungai Volga—pada 22 April 1870, dari keluarga kelas menengah terdidik. Ayahnya seorang pejabat pendidikan, ibunya berasal dari keluarga dokter. Masa kecil Lenin terbilang tenang dan prestasinya di sekolah cukup menonjol. Ia lalu memilih melanjutkan pendidikan hukum.

Namun, kehidupan akademisnya berubah drastis ketika sang kakak, Aleksandr, dieksekusi karena terlibat dalam rencana pembunuhan Tsar. Peristiwa ini mengguncang keluarga mereka, dan tak bisa dimungkiri, meninggalkan luka mendalam dalam benak muda Lenin.

Di universitas, Lenin mulai mengenal bacaan-bacaan radikal, terutama pemikiran Karl Marx. Pandangannya menjadi semakin kritis terhadap ketimpangan sosial yang terjadi di Kekaisaran Rusia. Ia dikeluarkan dari universitas karena aktivitas politiknya, tapi tak menyerah. Lenin tetap menyelesaikan gelar sarjananya sebagai mahasiswa eksternal pada 1891.

Setelah sempat tinggal di St. Petersburg dan aktif sebagai revolusioner, Lenin ditangkap dan diasingkan ke Siberia, sebuah hukuman yang justru menjadi titik balik. Di pengasingan, ia menikah dengan Nadezhda Krupskaya, sesama aktivis yang menjadi mitra perjuangannya seumur hidup.

Usai masa pengasingan, Lenin tak kembali ke kehidupan biasa. Ia justru memilih tinggal di Eropa Barat, menjadi pengasing politik yang aktif membangun jaringan internasional. Di sinilah, nama “Lenin” mulai digunakan, nama samaran yang kelak dikenal luas sebagai simbol revolusi.

Lenin muncul sebagai tokoh penting dalam gerakan sosialis internasional, sekaligus pemimpin faksi Bolshevik dalam Partai Pekerja Sosial Demokrat Rusia. Ia gencar menyuarakan perlunya revolusi bersenjata untuk menggulingkan kekuasaan borjuis.

Perang Dunia I melemahkan Rusia secara politik dan ekonomi. Ketika Tsar akhirnya digulingkan dan pemerintahan sementara dibentuk, situasi politik belum stabil. Di tengah kekacauan itulah, Lenin dengan bantuan Jerman kembali ke Rusia. Tujuannya jelas: menggulingkan pemerintahan sementara dan mempercepat revolusi.

Pada Oktober 1917, Lenin memimpin kudeta yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Oktober. Meski skalanya terbatas, dampaknya luar biasa. Kekuasaan berpindah ke tangan Bolshevik. Namun, kemenangan ini membawa Rusia ke jurang perang saudara yang berlangsung hampir tiga tahun.

Lenin dikenal keras dan tak segan menumpas oposisi. Di masa kelam ini, kelaparan, represi, dan kekerasan politik melanda. Tapi di mata para pendukungnya, Lenin adalah penyelamat, pemimpin yang mewakili kelas pekerja dan melawan ketidakadilan.

Antara Idealisme dan Realita

Lenin bukan hanya ideolog, ia juga pragmatis. Ketika kebijakan komunisme perang gagal menggerakkan ekonomi, ia melonggarkan aturan dan memperkenalkan Kebijakan Ekonomi Baru (NEP) yang mengizinkan sedikit ruang bagi usaha swasta. Langkah ini kontroversial, tapi dinilai mampu menyelamatkan perekonomian yang limbung.

Pada 1918, Lenin nyaris tewas dalam upaya pembunuhan. Ia selamat, tapi luka-lukanya berdampak panjang. Pada 1922, ia terkena stroke yang membuatnya lumpuh sebagian. Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, Lenin justru gelisah. Ia khawatir terhadap meningkatnya kekuasaan Joseph Stalin, dan mulai menyuarakan kecemasan soal birokratisasi partai.

Lenin wafat pada 24 Januari 1924, meninggalkan warisan besar sekaligus perdebatan panjang. Jenazahnya dibalsem dan disemayamkan dalam mausoleum di Lapangan Merah, Moskow, tempat ziarah bagi para pengikutnya, dan simbol bagi era yang ia bentuk.

Lebih dari seabad setelah Revolusi Oktober, nama Lenin masih mengundang pro dan kontra. Ia adalah tokoh besar dalam sejarah dunia, dipuja sebagai bapak revolusi, sekaligus dikritik karena represi dan kekerasan yang ia legitimasi demi “tujuan revolusioner”.

Namun satu hal pasti, jejak Lenin tidak akan pernah hilang dari catatan sejarah. Ia bukan hanya mengubah Rusia, tapi juga menginspirasi dan memengaruhi banyak gerakan politik di berbagai belahan dunia. [UN]