Hongi - Tradisi cium hidung masyarakat Sumba (foto : tribuntravel.com)

Koran Sulindo – Masyarakat Indonesia sudah lama dikenal sebagai masyarakat yang ramah. Setiap kali bertemu pasti tidak akan lepas untuk saling mengucapkan salam. Uluk Salam atau dalam bahasa sehari-harinya yang berarti memberi salam, menjadi kebiasaan yang sangat khas di Indonesia.

Banyak salam-salam dari daerah-daerah di Indonesia, misalnya Wilujeng Enjing (Sunda), Horas (Batak), Sugeng Enjang (Jawa), Malam Bae (Sulawesi Utara), Tabea (Maluku atau Papua),

Sedangkan di  wilayah barat pulau Jawa, Masyarakat Sunda sekarang lebih sering menggunakan kata punten yang merupakan penyederhanaan dari kata hapunten (maaf) pada saat menyapa atau hendak bicara dengan orang lain dengan sopan, dan lantas dijawab dengan kata mangga  yang berarti “baiklah” atau “dimaafkan”.

Sapaan salam ini tak beda dengan kulo nuwun atau kawulo nyuwun dalam budaya Jawa yang berarti “saya mohon” sebagai kependekan dari kulo nuwun agung ing panga punten (saya mohon maaf yang sebesar-besarnya) atau sudah menjadi idiom populer “permisi”, dan akan dijawab dengan kata monggo yang berarti “baiklah” atau “dimaafkan”.

Di tanah Papua ada salam khas yang menjadi ciri kuat suku bangsa Dani yaitu salam persahabatan yang disebut Kaonak. Dengan cara menjepit jari telunjuk lawan dengan dua jari (jari tengah dan telunjuk) yang ditekuk. Sedangkan suku Wamena mempunyai ciri salam lain yang khas pegunungan yaitu mengucapkan Wa…Wa…Wa..!

Baca juga Menghidupkan Kembali Jalur Rempah Nusantara

Sedangkan suku Dayak di Kalimantan mempunyai ucapan salamnya itu Adil Ka’talino Bacuramin Ka’Saruga Basengad Ka’Jubata yang artinya adil kesesama, bercermin ke surga, bernafas kepada Tuhan. Ucapan yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan.

Lain padang lain pula belalangnya, demikian kata pepatah. Di Nusa Tenggara Timur yang meliputi pulau Rote, Sumba dan Timor salam khas mereka adalah saling menempelkan ujung hidung. Tradisi ini disebut Henge’do dan tradisi ini tidak memandang jenis kelamin, status, strata sosial, usia. Selain sebagai tanda persaudaraan, cium hidung ini juga sebagai tanda penghormatan dari yang muda kepada yang tua dan sebagai tanda kejujuran.

Salam cium gaya masyarakat Sabu (foto: Pos Kupang)

Sedangkan masyarakat Bajo yang dikenal sebagai suku pelaut, yang berdomisili di Sulawesi Tenggara, pasti melakukan salam kepada penjaga laut sebelum turun kelaut. Yang mereka lakukan dalam memberi salam adalah membawa arak yang di masukkan ke dalam botol bening. Kemudian botol akan di hanyutkan kelaut kadang juga bersamaan dengan daun sirih.

Jika kita sempat kepulau Nias pasti kita mendengar ucapan Ya’ahowu. Sesama orang Nias kalau bertemu akan diawali dengan ucapan Ya’ahowu yang merupakan salam dalam bahasa daerahnya. Jadi Ya’ahowu artinya ialah semoga lembut, segar dan terus bertumbuh seperti howu. Howu dalam bahasa daerah Nias berarti bagian yang lembut, segar dan sedang tumbuh atau berkembang pada suatu tanaman.

Sedangkan salam yang sangat popular pada zaman kemerdekaan dan selalu dipakai saat itu adalah “Merdeka!”. Kata “merdeka” dipakai oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno dalam setiap pidato resmi kenegaraannya.

Lalu ada pula salam-salam yang umumnya dilakukan dalam komunitas tertentu seperti misalnya Salam Pramuka, Salam Satu Jiwa, Salam Satu Aspal (sering di pakai biker) serta Salam Sehat di masa pandemi ini.

Baca juga Pamalayu, Bendung Invasi Cina ke Nusantara

Kata saling menyapa dalam salam juga ada di dalam agama-agama yang berbeda di Indonesia. Misalnya untuk kaum muslim jika bertemu dengan muslim lainnya, akan mengucapkan Assalamualaikum lalu di jawab dengan Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Umat Kristiani mengucapkan Shalom. Sedangkan penganut Hindu mempunyai salam pembuka Om swastiastu (semoga kita dalam lindungan-Nya). Dengan salam penutup Om shanti, shanti, shanti..oom. Dalam kepercayaan Buddha dipakai kata namo Buddhaya (terpujilah Buddha) atau Namaste (salam kehormatan bagimu). Sedangkan salam keimanan dalam Khonghucu yaituWei De Dong Tian yang artinya Hanya Kebajikan Tuhan Berkenan. Dengan jawaban Xian You Yi De yang berarti Hanya Ada Satu Kebajikan.

Sebagai bangsa yang ramah dan menjunjung tinggi sopan santun adalah biasa bagi masyarakat Indonesia untuk selalu saling mengucapkan salam, mulai dari bentuk salam yang paling biasa dan universal, yaitu berjabat  tangan, hingga salam khas yang hanya dimiliki oleh suku bangsa di negeri ini. Namun keragaman budaya jugalah yang kemudian membentuk bahasa salam itu menjadi unik. [Nora E]