Koran Sulindo – Kondisi negeri masih diliputi pandemi, dan kerja tak harus berhenti. Segala rencana dirancang, terlebih yang berkaitan dengan seni pertunjukan film, musik, dan tampilan seni lainnya. Berpikir dan berkarya membuka cakrawala paradigma baru.
“Selama ini penggiat seni pertunjukan, apakah itu film, musik, dan tampilan seni lainnya, kita mengharapkan bantuan dari orang dan lembaga lain. Contoh film. Selesai produksi kita menunggu giliran untuk diputar oleh pemilik bioskop. Kita tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu. Bahkan, adakalanya kita harus seperti pengemis untuk mendapatkan jadwal tayang,” kata Asikin Kartin, praktisi seni film dan musik.
Sebagai kreator yang lama berkecimpung di bidang seni film dan musik, alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) bersama teman-teman seniman dan pengusaha mendirikan Union Artsindo. Mereka yang bergabung dalam organisasi baru itu, semuanya orang lama. Selain dirinya ada pelukis Nyoman Nuarta, artis dangdut Nana Mardiana, artis film Laela Anggraeni, serta sejumlah sineas dan musisi.
“Saya dan kawan kawan di sini utamanya adalah membangun infrastruktur seni dari mulai rencana, produksi dan tayang atau tampilnya semua kita sediakan. Kami ubah paradigma lama baik di film dan produksi TV. Kami langsung menyediakan ruang tayang dan tampilannya melalui aplikasi yang sedang kami rancang untuk kami mewujudkan perubahan paradigma itu,” kata Asikin.
Singkat kata, dari hulu hingga hilir, kata Asikin, pihaknya punya semua. Asikin, mengawali tayangan sinetron lokal berjudul Warisan, dibintangi oleh almarhumah penyanyi Nike Ardilla, di awal tahun 90-an. Cerita dan produksi lokal pertama itu tayang di RCTI kala itu baru bersiaran beberapa tahun saja. Asikin Kartin pada saat itu produsernya.
Lama berkecimpung di bidang seni pertunjukan dan sangat tahu bagaimana kondisi perbisnisan di bidang entertainment itu, Asikin Kartin, tidak lagi ingin didikte oleh kondisi apa maunya pemilik bioskop dan stasiun televisi. “Kami punya studio alam di Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah siap pakai. Kami siapkan sejumlah alat produksi yang canggih, serta tenaga ahli di bidangnya. Bagian usaha juga sudah kami rekrut untuk mengelola produksi kami, baik promosi maupun iklan. Jadi, paripurna apa yang kami siapkan,” ungkap Asikin Kartin yang berasal dari Blora, Jawa Tengah.
Dari awal berdirinya UArtsindo tekadnya itu dibarengi keinginan untuk mengangkat cerita dari kultur Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Cerita rakyat dan cerita dengan setting kedaerahan akan menjadi prioritas mewarnai rupa wajah organisasi UArtsindo. “Potensi cerita berasal dari daerah di Indonesia ini banyak, unik dan indah. Apa yang kita miliki itu belum optimal dihadirkan di layar film dan televisi. Kami sudah berhubungan dengan para seniman dan pakar di daerah masing masing untuk menggali dan mengangkat cerita itu menjadi hiburan dan sekaligus wajah Indonesia beribu rupa yang unik dan indah itu,” kata Asikin lagi.
Tayangan tarian dari Aceh di pembukaan Asian Games menjadi tolok ukur bahwa seni dan budaya Indonesia sangat dikagumi oleh masyarakat dunia.”Saya cermati dari reaksi masyarakat dunia yang melihat melalui streaming YouTube. Mereka terkagum-kagum dengan tarian yang dilakukan oleh ribuan orang pada pembukaan seremonial di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, dua tahun lalu itu. Saya terharu melihat respon orang asing itu,” ungkap Asikin.
Pandemi Covid-19 masih menghantui masyarakat dunia. Indonesia hingga saat ini masih disibukkan cara mengatasinya. Selain melalui cara 3 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga jarak), vaksinasi tahap pertama sedang berjalan. “Harapan kami pandemi ini akan perlahan punah dan kami sudah bisa bekerja dan berkarya secara optimal. Habis Hari Raya Idul Fitri, kami akan menyelenggarakan pameran lukisan dengan menggunakan teknologi digital. Salah satu pesertanya adalah pelukis Nyoman Nuarta. Melalui platform digital pecinta seni lukis di seluruh dunia bisa menyaksikannya,” jelas Asikin.
Dari satu kegiatan itu UArtsindo berlanjut dengan pertunjukan seni kontemporer dengan melibatkan seluruh unsur seni dalam satu panggung digital.”Selama satu tahun dikungkung pandemi, kami terus mencari dan berpikir, menyeruak dari serbuan kekhawatiran karena corona. Inilah hasilnya berupa rancangan dan konsep seni pertunjukan dari hulu, produksi, hingga hilir, tampilan tayangnya,” kata Asikin lagi.
Dalam kepengurusan UArtsindo tidak melulu nama-nama sineas, musisi dan artis film. Pejabat seperti Bambang Soesatyo, Ketua MPR dan jenderal purnawirawan duduk sebagai pensehat dan pembina. “Bagaimanapun kegiatan kami perlu dukungan para pemegang kebijakan di negeri ini. Tapi, kami tidak ada kecenderungan ke partai tertentu,” sahut Asikin, ketika ditanya afiliasi politik UArtsindo. [Didang Pradjasasmita]