Foto=foto sandera dari Al-Sweida yang dirilis ISIS.

Koran Sulindo – ISIS mengancam bakal membakar hidup-hidup sandera yang diculik dari wilayah Al-Sweida jika keluarga korban tak membayar tebusan.

Sumber militer pemerintah di Al-Sweida seperti dikatakan kepada Al-Masdarnews mengatakan ISIS mengirim pesan teks melalui aplikasi WhatsApp dua hari lalu yang ditujukan pada keluarga korban.

Dalam pesan tersebut mereka menuntut tebusan atau sandera bakal dibakar hidup-hidup.

ISIS menculik beberapa wanita dan anak-anak di wilayah Al-Sweida di Suriah Selatan setelah serbuan brutal dan membantai lebih dari 250 warga sipil.

Sumber itu menyebut, saat ini tentara pemerintah terus mengejar kelompok-kelompok itu sekaligus berusaha membebaskan mereka yang diculik.

Sejauh ini belum ada rincian lebih lanjut yang dirilis.

ISIS menyerbu wilayah Al-Sweida merupakan upaya putus asa kelompok itu untuk mengalihkan perhatian Damaskus sekaligus meringankan tekanan militer terhadap mereka di Provinsi Daraa,  dekat Dataran Tinggi Golan. Tempat di mana SAA melancarkan serangan tanpa henti terhadap kelompok itu.

ISIS menyerang daerah-daerah di Al-Sweida sekitar pukul 4 pagi dari tiga jurusan.

Bersembunyi di bawah kegelapan pagi, para militan menyusup di kota-kota Druze dan desa-desa di timur dan utara Sweida dengan beberapa menggunakan Badui lokal sebagai pemandu.

Mereka mengetuk rumah penduduk dari pintu ke pintu dan membantai setiap orang yang ditemuinya. ISIS menyisakan satu orang setiap keluarga untuk menyaksikan pembunuhan keluarga mereka.

Di antara para korban itu beberapa di antaranya diikat menjadi satu yang tampaknya sebagai pernyataan simbolis bahwa mereka akan bertempur sampai mati tanpa melarikan diri.

Ketika berita tentang serangan brutal itu menyebar, pemuda setempat mengangkat senjata dan memberikan perlawanan sengit.

Sementara pada saat yang sama ISIS juga mengirim setidaknya empat pembom bunuh diri. Seorang pembom meledakkan dirinya di pasar, dua lainnya di pusat kota sementara pembom keempat meledakkan rompinya di sebuah gedung setelah dikepung penduduk setempat sisi selatan kota.

“Pada awalnya, serangan itu mengejutkan kami, tetapi pemuda Sweida dengan cepat bergerak ke pusat kota dan desa-desa yang diserang Daesh,” kata Osama Abu Dikar, seorang penulis dan jurnalis di kota itu.  “Dengan hanya kemampuan dasar, para pejuang lokal itu bertempur melawan ISIS.”[TGU]