Trump: Kami Akan Keluar dari Suriah, Segera!

Tentara AS di Suriah bersekutu dengan para pejuang Kurdi.

Koran Sulindo – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan Washington mungkin akan menarik diri dari keterlibatannya di Suriah, “segera”.

Ia juga menyebut akan ‘membiarkan’ pihak lain yang mengurus konflik di kawasan itu.

Berbicara dalam sebuah pertemuan, Trump mengatakan AS telah berhasil mengalahkan ISIS di Suriah dan Irak.

“Kami akan keluar dari Suriah, segera. Biarkan orang lain yang mengurusnya,” kata Trump dalam pidatonya Kamis, (29/2) di Ohio.

“Segera, segera, kami akan keluar. Kami sudah mengalahkan 100 persen dari kekhalifahan itu, sebagaimana mereka membangun wilayahnya. Kami merebut semuanya kembali dengan cepat dan  cepat,” kata Trump.

Menurutnya, AS sedikitnya telah menghabiskan hingga US$ 7 triliun untuk Timur Tengah, termasuk untuk membangun sekolah hanya untuk dihancurkan para pemberontak. Sementara itu, kata Trump, tidak ada dana untuk membangun sekolah di Ohio.

“Kami membangun sekolah, mereka meledakkannya. Kami membangunnya lagi, mereka belum tetapi akan segera meledakkannya,”katanya.

Trump juga menyoal ‘dinding’ dan 32.000 tentara AS yang ditempatkan untuk menjaga perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan, sementara perbatasan AS dengan Meksiko juga tidak dilindungi. “Apakah ada sesuatu yang salah dengan itu?”

Pernyataan Trump tentang Suriah ini sejalan dengan apa yang dia katakan bulan lalu saat menggelar konferensi pers di Washington bersama PM Australia Malcolm Turnbull.

“Kami di sana untuk satu alasan, untuk mendapatkan ISIS dan menyingkirkan ISIS, lalu pulang,” kata Trump. “Kami tidak ada di sana karena alasan lain dan kami telah mencapai sebagian besar tujuan kami.”

Namun, bertentangan dengan pernyataan Trump, Departemen Luar Negeri AS mengatakan tidak mengetahui rencana penarikan pasukan AS dari Suriah itu.

AS setidaknya menempatkan hingga 2.000 personel militer di Suriah yang dikerahkan sebagai bagian dari kampanye koalisi pimpinan AS melawan ISIS dengan mendukung para pejuang Kurdi yang tergabung dalam SDF.

Langkah itu memicu perseteruan baru AS dengan Turki yang menganggap orang-orang Kurdi sebagai kelompok teroris.

Saat ini, beberapa kota di Suriah utara yang dikuasai Kurdi mengandalkan keberadaan tentara AS untuk mencegah serbuan langsung Turki.

Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung oleh Rusia dan milisi-milisi Syiah serta Iran bersumpah untuk merebut kembali setiap inci wilayah Suriah yang dikuasai baik oleh ISIS, pemberontak maupun pejuang Kurdi.

Koalisi pimpinan AS dibentuk tahun 2014 untuk memerangi ISIS di Suriah dan Irak dan mengalahkan mereka tahun lalu. Sekitar 2.000 pasukan AS tetap berada di wilayah di Suriah mendukung Kurdi di sebelah timur Sungai Eufrat yang masih di luar kendali pemerintah Damaskus.

Pasukan AS di Suriah telah menjadi ancaman langsung bagi pasukan Suriah, termasuk penembakan drone Iran dan jet Suriah tahun lalu. AS juga terlibat ketegangan sengit dengan Rusia akibat tumpang tindih wilayah operasi mereka.

Dalam beberapa kesempatan, baik SDF dan Tentara Suriah berusaha untuk menghindari konfrontasi langsung sementara sembari memerangi ISIS yang dianggap sebagai musuh bersama.

Moskow dan Washington membangun hotline komunikasi dan mempertahankan kontak mereka di Suriah timur untuk mencegah konfrontasi yang tak terduga antara kekuatan yang mereka dukung.

Perang sipil Suriah yang kini memasuki tahun kedelapan, telah menewaskan ratusan ribu orang dan memicu lebih dari 11 juta pengungsi di negara-negara tentangga sekaligus menjadi perang proksi paling.(TGU)