Koran Sulindo – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan harga minyak bakal mencapai titik keseimbangan baru yaitu 60 dolar Amerika Serikat per barel, setelah anjloknya harga minyak akibat penurunan permintaan di tengah wabah Covid-19. Namun titik keseimbangan baru itu baru terjadi paling cepat empat tahun lagi.
“Itu tidak terjadi pada 2021, bukan juga pada 2021,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dalam FGD secara daring di Jakarta, Senin (15/6/2020).
Menurut Dwi, pengolahan data yang dilakukan SKK Migas menemukan kemungkinan titik keseimbangan baru harga minyak tersebut akan terjadi pada 2024 atau 2025.
Terdapat tiga asumsi dasar atas perkiraan titik kesimbangan baru harga minyak tersebut, yang kini terus berfluktuasi akibat wabah Covid-19, yang berdampak pada penurunan permintaan minyak dunia.
Pertama, perhitungan berdasarkan biaya produksi, yang bila harga minyak di bawah 30 dolar Amerika Serikat per barel maka akan banyak perusahaan minyak yang kolaps, kecuali yang memiliki cadangan besar. Kedua, pembicaraan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang mulai memangkas produksi mereka. Dan ketiga, analisa-analisa perkiraan harga minyak mentah Brent oleh lembaga riset energi Woodmac, Rystad and Platts.
Dampak Covid-19 yang menyebabkan harga minyak dunia bergejolak telah menurunkan aktivitas operasional kegiatan usaha hulu minyak dan gas (migas).
Bahkan sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) minyak dan gas (migas) yang melakukan penundaan rencana bisnis mereka.
SKK Migas menjaga produksi dan lifting minyak tetap berjalan.
“Angkanya yang realistis tahun ini 705 ribu barel per hari, dari target APBN 755 ribu barel per hari,” katanya.
Covid-19 juga menyebabkan penurunan pemanfaatan migas, penurunan keekonomian lapangan migas, penurunan outlook lifting 2020, dan mundurnya onstream Proyek Marakes dari Kuartal III 2020 menjadi kembali ke rencana awal POD Kuartal I 2020.
Penyesuaian Target
Sebelumnya, SKK Migas mencatat realisasi lifting migas nasional hingga Mei 2020 mencapai 1,712 juta barel setara minyak per hari (boepd). Rinciannya, lifting minyak 701 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 5.658 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau setara 1.010 ribu barel minyak ekivalen perhari (boepd).
Lifting migas ini sebesar 90 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yang sebesar 1,946 juta boepd.
Faktor rendahnya harga minyak dan LNG di tengah pandemi COVID-19 turut berdampak pada besaran investasi sektor hulu migas.
“Investasi awalnya ditargetkan US$ 13,8 miliar, namun berdasarkan kondisi saat ini kami melihat capaian maksimal di angka US$ 11,8 miliar”, kata Dwi, di Jakarta, Senin (8/6/2020).
Hingga Mei, investasi hulu migas mencapai US$ 3,93 miliar.
“Kendati turun, SKK Migas melakukan beberapa upaya untuk memaksimalkan investasi hulu migas antaranya tetap melakukan open data dan promosi open area, menjaga keekonomian wilayah kerja, efisiensi biaya, dan memaksimalkan One Door Service Policy untuk mempercepat perizinan,” katanya.
Langkah-langkah tersebut diharap dapat membantu Kontraktor Kontrak Kerja Sama untuk memaksimalkan kinerjanya saat ini,
Selain target investasi, SKK Migas juga melakukan penyesuaian terhadap target lifting minyak sebesar 705 ribu bopd, turun dari target awal 755 ribu.
“Selain itu untuk produksi gas, turunnya tingkat penyerapan gas oleh pembeli membuat target produksi ikut turun hingga 15%,” katanya.
Dengan adanya penyesuaian-penyesuaian target tersebut, SKK Migas saat ini berupaya untuk menjamin proyek-proyek yang akan on stream di tahun 2020 dapat berjalan tepat waktu. Untuk Kuartal 3 2020, SKK Migas menargetkan 5 proyek migas akan onstream yaitu Lapangan MSTB Fase-1 WK Malacca Strait, Lapangan Cantik WK Belida, Kompresor Betung dan SKG-19 Musi Timur WK Indonesia Pt. Pertamina EP, Lapangan Meliwis WK Madura Offshore, dan Lapangan Peciko 8A WK Mahakam. “Kami optimis dengan adanya tambahan produksi dari proyek-proyek ini dapat membantu tercapainya target lifting akhir tahun”, kata Dwi.
Sejauh ini, dari 5 proyek yang sudah on stream di 2020, SKK Migas mencatat adanya potensi penambahan produksi migas hingga 3.182 bopd untuk minyak dan 109,5 MMscfd untuk gas. Saat ini tidak ada lapangan yang dimatikan, namun tingkat produksinya melambat. [RED]