Ilustrasi/Reuters=Thomas Peter

Koran Sulindo – Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menyatakan tingkat kematian (fatalitas) virus corona di China menurun.

“Pada awal-awal virus ini merebak, tingkat fatalitasnya 2,3 persen, kini sebesar 2,1 persen,” kata Jiao Yahui dari NHC, seperti dikutip Reuters.

CFR adalah angka perbandingan jumlah kematian akibat wabah 2019-nCoV itu dengan jumlah orang yang dinyatakan positif mengidap virus.

Hingga Selasa (4/2/20202) malam, tercatat 20.523 kasus positif 2019-nCoV dengan jumlah kematian 426 kasus. Kasus kematian ini jauh lebih rendah daripada angka kesembuhan yang sudah mencapai 715 kasus.

Namun di Provinsi Hubei, tempat terbanyak kasus kematian, CFR-nya tercatat masih 3,1 persen. Hubei menyumbang 97 persen kasus kematian pneumonia yang diakibatkan oleh virus corona itu. Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, yang dinyatakan episentrum 2019-nCoV menyumbang 74 persen kematian secara nasional.

Di luar Provinsi Hubei, CFR-nya hanya 0,16 persen. “Rasio kematian ini perlahan-lahan berkurang di beberapa daerah di China. Kami sangat yakin itu sehingga masyarakat tidak perlu panik,” kata Jiao.

Kementerian Luar Negeri China menganggap 2019-nCoV tidak separah virus mematikan yang pernah mewabah sebelumnya, seperti Ebola, SARS, dan MERS.

“Meskipun 2019-nCoV telah menginfeksi banyak orang, angka kematian yang hanya 2,1 persen di China jauh berada di bawah penyakit menular seperti Ebola, SARS, dan MERS,” kata juru bicara Kemlu China, Hua Chunying,  seperti dikutip antaranews.com.

Mayoritas kasus kematian terjadi pada kaum pria, dan sekitar 80 persen pasien yang meninggal akibat virus tersebut berusia lebih dari 60 tahun.

Selain itu lebih dari 75 persen pasien yang meninggal memiliki riwayat penyakit lain yang menyertainya, seperti kardiovaskular, diabetes, dan tumor.

“Para manula yang terinfeksi virus yang juga memiliki penyakit bawaan sangat berisiko tinggi terhadap kematian,” kata Hua.

WHO

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO menyatakan dalam tiga hari terakhir tidak ada negara baru yang melaporkan kasus infeksi virus corona baru (2019-nCov) itu.

WHO mencatat sejak 2 Februari 2020 hingga 4 Februari ada 23 negara di luar China yang melaporkan kasus penyakit pernafasan akut akibat infeksi virus baru tersebut.

Pada 4 Februari ada enam laporan kasus baru di negara di luar China, masing-masing dua kasus Malaysia dan Jerman serta masing-masing satu kasus di Korea Selatan dan Vietnam.

Jumlah kasus infeksi virus 2019-nCov di luar China tercatat 159 kasus dan satu di antaranya mengakibatkan kematian, yaitu di Filipina.

Menurut data WHO, kasus infeksi virus corona di luar China dilaporkan di Jepang (20), Thailand (19), Singapura (18), Korea Selatan (16), Jerman (12), Australia (12), Amerika Serikat (11), Malaysia (10), Vietnam (9), Prancis (6), Uni Emirat Arab (5), Kanada (4), India (3), Filipina (2), Italia (2), Rusia (2), Inggris (2), Kamboja (1), Nepal (1), Sri Lanka (1), Finlandia (1), Spanyol (1), dan Swedia (1).

Meski penyebaran virus corona di luar China tidak menunjukkan peningkatan, namun jumlah kasus penyakit pernafasan akut mengalami peningkatan signifikan. Menurut data WHO per 4 Februari 2020, jumlah kasus penyakit pernapasan akut akibat infeksi virus 2019-nCoV yang dikonfirmasi di China mencapai 20.471 kasus dan 3.235 di antaranya merupakan kasus baru.

China hingga saat ini melaporkan 2.788 kasus gangguan kesehatan serius dan 425 kematian akibat infeksi virus corona baru. Tambahan kasus baru di China pada 4 Februari jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tambahan kasus harian pada 1 Februari (2.102 kasus baru), 2 Februari (2.590 kasus baru), dan 3 Februari (2.831).

Secara global, menurut data WHO, total ada 20.630 kasus penyakit pernafasan akut akibat infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan 426 di antaranya mengakibatkan kematian.

Provinsi Hubei

Sementara itu jumlah korban meninggal di Provinsi Hubei, China tengah, akibat virus corona bertambah 65 orang. Hingga total sebanyak 479 orang meninggal akibat virus ini.

Terdapat 3.156 kasus baru yang terdeteksi di Hubei, yang menjadi pusat wabah virus corona. Angka itu menambah jumlah total di provinsi tersebut menjadi 16.678 kasus.

WHO pada awal pekan lalu menyatakan virus ini sebagai sebagai darurat global (Kejadian Luar Biasa). [sulindox@gmail.com]