Petugas kesehatan sedang melakukan tes usap
Ilustrasi: Petugas kesehatan sedang melakukan tes usap (swab test) Covid-19 terhadap 28 orang yang tinggal di dalam kompleks Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD), di Bandung, Jawa Barat, Sabtu, 11 Juli 2020/AFP

Koran Sulindo – Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Anton Sony Wibowo, mengatakantes usap (swab) aman dan tidak merusak otak.

“Tidak benar jika swab test COVID-19 bisa merusak otak karena hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut,” kata Anton, di Yogyakarta, Minggu (26/7/2020), melalui rilis media.

Sebelumnya, kabar tentang tes usap COVID-19 dapat merusak otak ramai beredar di media sosial Tanah Air. Seorang netizen mengklaim tes usap hidung yang tajam telah menusuk otak dan membuatnya melakukan lobotomi.

Menurut Anton, lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat tes usap dilakukan. Selain itu, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

“Tes itu tidak akan merusak penghalang darah otak, kecuali pada kondisi tertentu. Misalnya, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma,” katanya.

Tes usap saat ini menjadi salah satu metode dalam mendeteksi keberadaan virus corona jenis baru penyebab COVID-19 pada manusia. Tes dilakukan dengan mengambil sampel lendir, dahak, atau cairan di daerah nasofaring ataupun orofaring pada pasien yang diduga terinfeksi virus corona.

“Swab test sampai sekarang menjadi diagnosis utama COVID-19 karena bisa mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh,” katanya.

Selain tes usap, metode lain yang banyak digunakan untuk skrining awal COVID-19 adalah rapid test antibodi. Hanya saja, tes metode ini memiliki akurasi lebih rendah dibandingkan swab test karena hanya bisa mendeteksi antibodi dalam tubuh saja, bukan keberadaan virus corona. [RED]