Nilai mata uang rupiah kian melemah, pada pertengahan bulan Juni 2024 rupiah diperdagangkan dikisaran 16.400 per satu dolar Amerika Serikat (USD). Artinya sepanjang tahun ini rupiah telah merosot lebih dari 5 persen dibanding berbagai mata uang dunia. Pada awal Januari lalu kurs rupiah terhadap dolar masih di angka 15.400.
Meski masyarakat mulai mengalami dampak berupa kenaikan harga-harga aneka kebutuhan, Bank Indonesia (BI) merasa optimis rupiah akan kembali menguat. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan rupiah hanya mengalami tekanan sementara dan akan mengalami kenaikan.
“Apakah BI melayani rupiah ke depan menguat? Yes. Fundamentalnya akan menguat, tapi dari gerakan bulan ke bulan faktor-faktor informasi sentimen akan membuat volatilitas naik turun, nah itu yang terus kita lakukan,” kata Perry.
Ia menyebut ada berbagai faktor yang membuat nilai rupiah saat ini di titik rendah diantaranya faktor domestik. Rupiah cenderung naik turun salah satunya dipicu adanya persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan terkait dengan pemerintahan selanjutnya.
Rupiah juga cenderung naik turun disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen.
Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi juga oleh faktor global seperti dampak tingginya ketidakpastian pasar global, terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan Fed Funds Rate (FFR), penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan masih tingginya ketegangan geopolitik.
Faktor-faktor tersebut, lanjutnya yang membuat kondisi nilai tukar rupiah cenderung naik turun, meski sempat menguat pada level Rp 15.900 per dolar AS, setelah BI menaikkan BI Rate ke level 6,25% pada April 2024.
Meski situasi sulit karena banyak tekanan, BI meyakini kondisi nilai tukar rupiah pada akhir tahun ini akan cenderung menguat, meski tidak akan berlangsung dalam waktu dekat.
Gubernur BI menilai bahwa dari sisi domestik fundamental perekonomian Indonesia cenderung membaik. Di antaranya, kondisi inflasi yang tetap terjaga, pertumbuhan ekonomi domestik yang relatif baik, kondisi neraca transaksi berjalan yang juga baik, serta imbal hasil yang masih menarik.
Faktor lain yang kedepannya mempengaruhi nilai rupiah adalah berita-berita yang mempengaruhi sentimen terhadap rupiah juga ketidakpastian ekonomi dan politik. [PAR]