Dunia perfilman Indonesia telah menyaksikan evolusi yang menarik sejak awal abad ke-20. Salah satu aspek yang menarik adalah bagaimana film-film lokal mulai menampilkan elemen-elemen khas Indonesia, termasuk mitologi dan budaya, yang kemudian melahirkan genre horor yang unik.
Sejarah kehadiran horor dalam perfilman Indonesia dapat ditelusuri hingga tahun 1926, ketika film “Loetoeng Kasaroeng” diproduksi. Film ini, sebuah adaptasi dari legenda rakyat Jawa Barat, memperkenalkan keindahan budaya Indonesia ke dalam dunia perfilman. Namun, perkembangan genre horor sejati baru dimulai pada 1930-an.
Pada dekade ini, industri film di Hindia-Belanda tengah berkembang dengan pesat. Salah satu perusahaan film yang memainkan peran penting dalam perkembangan ini adalah Cino Motion Picture, yang didirikan oleh The Teng Chun, seorang peranakan Tionghoa.
Perusahaan ini mulai menggarap film-film horor pertama dengan mengadaptasi cerita-cerita siluman dari budaya Tiongkok. Kesuksesan film-film seperti “Ouw Phe Tjoa” (1934) tidak hanya terbatas pada Hindia Belanda, tetapi juga merambah ke pasar film Singapura.
Berpindah ke tahun 1941, The Teng Chun menciptakan “Tengkorak Hidoep”, yang sering disebut sebagai film horor Indonesia pertama. Film ini mengisahkan petualangan sekelompok orang ke sebuah pulau angker bernama pulau Mustika. Cerita ini menghadirkan elemen mistis dan siluman, yang membuatnya unik dan menarik bagi penonton saat itu.
Meskipun dianggap sebagai tonggak awal dalam sejarah horor Indonesia, “Tengkorak Hidoep” tidak mencapai kesuksesan komersial yang diharapkan. Namun, pengaruhnya terhadap genre horor di Indonesia tidak dapat diabaikan. Film ini menunjukkan bahwa penonton Indonesia memiliki selera untuk cerita-cerita horor yang berbeda.
Perkembangan genre horor di Indonesia kemudian melaju dengan cepat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1971, film “Lisa” muncul, diikuti oleh “Beranak Dalam Kubur”. Kedua film ini mengeksplorasi tema-tema horor yang lebih rumit, termasuk arwah gentayangan dan pembalasan dendam dari alam gaib.
“Beranak Dalam Kubur” khususnya menandai popularitas sub-genre horor tertentu yang menjadi tren dalam perfilman Indonesia. Film-film horor selanjutnya terus mengembangkan tema-tema ini, menarik penonton dengan cerita-cerita yang menegangkan dan atmosfer yang mencekam.
Seiring berjalannya waktu, horor telah menjadi genre yang penting dalam perfilman Indonesia, terus mengeksplorasi mitologi lokal dan kisah-kisah mistis yang khas. Dengan setiap film baru, horor terus menarik penonton ke dalam alam gaib yang mencekam, membawa mereka dalam petualangan yang menegangkan dan mengguncang jiwa. [UN]