Pandangan aerial dari Subi Reef yang diduduki Cina di Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan. Foto Reuters / Francis Malasig

Koran Sulindo – Cina secara diam-diam memasang rudal jelajah anti-kapal dan sistem rudal pertahanan udara di tiga pos terdepan di Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.

Ketiga pos terdepan itu terletak di Cross Reef, Subi Reef dan Mischief Reef.

Laporan menunjukkan platform rudal dipindahkan ke pos-pos terdepan wilayah itu dalam 30 hari terakhir, melengkapi peralatan jamming yang sebelumnya telah dipasang Cina untuk mengganggu komunikasi dan sistem radar.

Pemasangan sistem rudal itu memungkinan Beijing memperluas proyeksi kekuatannya di Laut Cina Selatan yang disengketakan.

Analis meyakini rudal anti-kapal yang yang dipasang Cina adalah YJ-12B sebuah sistem rudal jelajah anti-kapal berbasis darat yang memiliki jangkauan hingga 295 mil laut atau 474 km.

Sementara untuk sistem pertahanan rudal Cina memasang HQ-9B yang sanggup merontokkan pesawat, drone atau rudal jelajah hingga jarak 160 mil laut atau 257 km.

Menyikapi pengerahan sistem rudal tersebut, Pentagon menyebut pemasangan sistem pertahanan udara di wilayah-wilayah itu bakal menuai konsekuensi serius.

“Kami sangat memahami militerisasi China di Laut Cina Selatan. Akan ada konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders kepada wartawan.

Tentu saja Washington meradang, rudal anti kapal dan sistem pertahanan udara itu secara langsung memang mengancam kapal-kapal AS.

Menurut mereka, sejauh ini YJ-12B dianggap sebagai rudal anti-kapal paling berbahaya yang diproduksi Cina.  Dengan jangkaunnya yang melebihi 400 km, YJ-12B menjadi rudal anti-kapal yang memiliki jangkauan terjauh.

Selain itu, dengan kecepatan mencapai Mach 3 membuat rudal ini ini bakal menyulitkan Aegis Combat Systems dan rudal SM-2 yang ditugaskan melindungi gugus tugas kapal induk AS di Asia Pasifik.

Kecepatan dan jangkau YJ-12B secara signifikan sangat memangkas waktu reaksi AL AS. Perlindung bahkan bakal lebih sulit karena sifat lintasan rudal untuk menghindari pertahanan akhir.

Dikombinasikan dengan jet-jet tempur Flanker, jangkauan YJ-12 bahkan bisa membengkak hingga 1.900 km.

Pengerahan YJ-12 dan pengembangan rudal anti-kapal jelas menunjukkan niat Cina agar memiliki kemampuan anti-akses jika terjadi konflik di masa depan.

Sementara itu, meski tak secanggih sistem pertahanan rudal S-300V4 atau S-400 buatan Rusia, HQ-9B tetaplah menjadi sistem senjata anti-pesawat yang sangat tangguh. Terutama jika operator rudal menerapkan doktrin hide, shoot dan scoop secara disiplin.(TGU)