Direktur Utama bank bjb, Ahmad Irfan

Koran Sulindo – Ahmad Irfan kembali diamanahkan untuk menjadi Direktur Utama bank bjb. Keputusan tersebut ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (bank bjb) tahun buku 2017, yang berlangsung Bandung, 28 Februari 2018.

Di bawah kepemimpinan Ahmad Irfan, bank bjb memang berkembang sangat pesat. Kini, bank bjb telah menempati posisi sebagai bank pembangunan daerah (BPD) yang masuk peringkat ke-13 bank umum terbesar di Indonesia.

Untuk pencapaian sepanjang tahun 2017 saja, bank bjb membagikan dividen Rp 875,58 miliar atau sebesar 55% dari laba bersih. “Faktor utama yang menjadi penyumbang laba bersih bank bjb berasal dari pendapatan bunga bersih yang tumbuh sebesar 3,52 persen y-o-y. Penetapan dividen pay out ratio ini seiring dengan kinerja perusahaan yang semakin cemerlang dan tingginya rasio kecukupan modal,” kata Ahmad Irfan, Kamis lalu (1/3). Besaran dividen itu memperhatikan kebutuhan perseroan serta sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham atas kepercayaan dan dukungan mereka kepada bank bjb

Di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif, bank bjb sepanjang 2017 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,21 triliun, naik 4,99% dari perolehan laba bersih pada tahun 2016 yang tercatat Rp 1,15 triliun. Pendapatan bunga bersih perusahaan pun tumbuh sekitar 3,52%, menjadi Rp 6,29 triliun dari Rp 6,08 triliun pada 2016.

Rasio kredit bermasalah (non-performing loan, NPL) juga membaik, menjadi 1,51% pada tahun 2017. Pada tahun 2016, NPL  bank bjb sebesar 1,69%.

Peningkatan juga terjadi pada aset perseroan, menjadi Rp 114,98 triliun pada tahun 2017, dari Rp 102,32 triliun pada tahun 2016. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang diperoleh naik 11% (y-o-y) atau menjadi sebesar Rp 81,61 triliun.

“Pencapaian kinerja bank bjb yang menggembirakan ini merupakan hasil dari kerja keras kami dan seluruh elemen di bank bjb,’’ tutur Irfan.Prestasi itu, lanjutnya, merupakan bukti komitmen bank bjb dalam menggapai pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkelanjutan.

Penyaluran kredit pun meningkat, yang hingga akhir tahun 2017 mencapai Rp 76,4 trliun atau naik sebesar 11,14% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Tercatat, segmen kredit konsumen tumbuh sebesar 6,46% menjadi Rp 47,1 triliun dan segmen kredit komersial tumbuh 25,19% menjadi Rp 13,6 triliun. “Dari semua segmen kredit yang dimiliki, segmen kredit konsumer tercatat tumbuh 6,46 persen menjadi Rp 47,1 triliun y-o-y. Selain itu, segmen komersial juga tumbuh signifikan 25,19 persen menjadi Rp 13,6 triliun,” kata Ahmad Irfan lagi.

Ia mengaku sangat optimistis bank bjb dapat melanjutkan tren kinerja positifnya pada tahun 2018. Kalau melihat prestasi dan kinerjanya selama ini, sikap optimistis itu memang memiliki dasar yang kuat. Apalagi, selain punya pengalaman panjang di dunia perbankan, Ahmad Irfan juga punya latar belakang akademis mumpuni di bidang bank pembangunan daerah. Ia meraih gelar doktor dari Universitas Padjadjaran-Bandung dengan disertasi bertajuk “Model Strategi Bersaing: Studi Empiris pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia”.

Irfan dalam disertasinya tersebut menyampaikan hasil penelitiannya berupa model strategi bersaing yang cocok dan tepat untuk diterapkan pada bank pembangunan daerah. Ia menamakannya “The Irfan Model”.

Secara garis besar bisa dikatakan, formula “The Irfan Model untuk meningkatkan strategi bersaing sebuah bank, khususnya bank pembangunan daerah, adalah melalui adopsi teknologi, manajemen inovasi, dan pengelolaan sumber daya. “Ada tiga variabel dalam model yang saya buat dan berpengaruh langsung terhadap pengembangan strategi bersaing dan sisanya berpengaruh tidak langsung. Apabila model ini dijalankan dengan komitmen tinggi dan konsisten akan dapat mengangkat kinerja BPD dalam kurun waktu yang relatif singkat, yaitu setahun, seperti yang telah saya alami selama memimpin bank bjb,” kata Irfan.

Dr. Ahmad Irfan memberi kuliah umum di Institut Teknologi Bandung, dengan tema “Strategi Bersaing Perbankan Menghadapi Kemajuan Teknologi dan Era MEA Perbankan 2020”, 20 September 2017.

Bila dilihat secara spesifik, penelitian yang mengkaji faktor-faktor pembentuk strategi bersaing BPD di Indonesia yang dilakukan oleh Ahmad Irfan memang belum pernah dilakukan sebelumnya. Karena itu, “The Irfan Model” secara akademis bermanfaat bagi bahan pembelajaran para bankir dan calon bankir serta melengkapi literatur perbankan yang berdasarkan penelitian mendalam.

Hasil penelitian Irfan juga akan bermanfaat bagi upaya pengembangan strategi bersaing bank pembangunan daerah lain, terutama dalam menghadapi kompleksitas serta ancaman integrasi bisnis perbankan ASEAN di pasar Indonesia. Menurut penelitian Irfan, BPD yang selama ini konsisten mendukung pemerintah memangkas ketimpangan hasil pembangunan antar-daerah memerlukan pengembangan strategi bersaing agar terhindar dari infiltrasi pasar terbuka ASEAN.

Selain itu, guna membangun kekuatan BPD dalam menghadapi persaingan terbuka ASEAN, menurut Irfan berdasarkan hasil penelitiannya, diperlukan sinergi dan kerja sama permanen atau pembentukan holding yang menyatukan seluruh BPD se-Indonesia ke dalam sebuah perusahaan tunggal. Dengan demikian akan tercipta akumulasi aset yang besar dan kompetitif serta memperluas jaringan pelayanan seluruh BPD yang terlibat. [PUR]