Koran Sulindo – Terus menerus berada dalam ketegangan setahun terakhir, awal tahun 2018 bisa dibilang menjadi babak baru di Semenanjung Korea.

Presiden Amerika Donald Trump sepakat ‘memberi’ ruang bagi Republik Demokratik Rakyat Korea dan Korea Selatan untuk berdialog.

Washington dan Seoul sepakat menunda latihan militer bersama untuk menurunkan ketegangan menjelang Olimpiade Musim Dingin bulan depan.

Trump tidak memiliki banyak pilihan ketika Presiden Korsel Moon Jae-in berkeras meyakinkannya dalam 30 menit pembicaraan telepon untuk membahas pembicaraan kedua Korea membahas kemungkinan Pyongyang mengirimkan sebuah delegasi ke olimpiade tersebut.

“Dalam pembicaraan telepon pada Kamis, Trump dan Moon sepakat untuk tidak menggelar latihan perang bersama selama Olimpade Peyongchang, Korea Selatan,” kata juru bicara Istana Kepresidenan Korea Selatan, Cheong Wa Dae.

Selama ini latihan militer gabungan antara AS dan Korsel yang selalu menjadi sumber kekhawatiran Pyongyang. Mereka menyebut latihan perang itu adalah dalih selatan untuk menyerbu Pyongyang.

Seoul segera ‘menangkap’ peluang diplomasi dengan mengusulkan pertemuan pada 9 Januari di perbatasan menyusul permintaan Kim Jong Un mengirim tim ke Olimpiade. Pyongyang segera menerima usul tersebut.

Kim juga memerintahkan agar membuka saluran komunikasi langsung dengan Seoul yang terhenti berfungsi selama hampir dua tahun terakhir. Keputusan bagaimanapun segera membalik ketegangan setelah tahun-tahun penuh ketegangan adu retorika perang antara Trump dan Kim Jong-un.

Dalam tweet-nya Trump menyebut ide itu sebagai, “pembicaraan adalah hal yang baik!”.

Pada perayaan awal tahun baru lalu Kim Jong-un mendeklarasikan bahwa misinya membuat negaranya menjadi kekuatan nuklir telah tercapai.

Pyongyang memiliki senjata yang bakal membuat serangan AS tak mungkin lagi dipikirkan. Ya, setidaknya meskipun diancam tiga putaran resolusi Dewan Keamanan PBB, Jong-un menang besar tahun 2017 lalu.

Tidak hanya sukses mengawasi ujicoba dua rudal balistik antar benua yang sanggup menjangkau AS dengan hulu ledak nuklir, Jong-un berhasil menggelar tes perdana senjata termonuklirnya.

Dengan senjata nuklir di kantong, setiap serangan ke Pyongyang bakal menjadi awal perang nuklir yang mematikan. Bahkan jika AS menyerang lebih dulu sekalipun, Pyongyang masih sanggup melumat target-target di Korea Selatan atau Jepang dengan senjata nuklir. Serangan balasan itu jelas memberi pukulan sangat menyakitkan baik bagi Seoul atau Jepang yang pernah menjadi korban senjata nuklir.

Tak hanya menggertak dengan senjata pamungkasnya, Jong-un yang tampil lebih santai menyebut bahwa negaranya adalah,  “kekuatan nuklir yang cinta damai dan bertanggung jawab.”

Jong-un juga menyerukan kepada tetangganya di Selatan untuk menurunkan ketegangan militer sekaligus memperbaiki hubungan dengan mengirim kontingen dalam Olimpiade Musim Dingin.

“Karena kita adalah rekan senegaranya dengan darah yang sama dengan orang Korea Selatan, wajar bagi kita berbagi kesenangan atas kejadian yang menguntungkan dan membantu mereka,” kata Jong-un.

Sebelumnya, perubahan sikap Kim Jong-un pada tetangganya di Selatan ditanggapi skeptis pejabat intelijen militer Amerika Serikat.  Mereka ingin melihat konsistensi sikap Pyongyang sebelum menyimpulkan bahwa Kim Jong-un benar-benar ingin berdamai. [TGU]